Emiten pertambangan mineral, PT Ifishdeco Tbk., terus mengejar progres pengembangan proyek smelter nikel dengan menggunakan teknologi Rotary Klin-Electric Furnace atau smelter RKEF.
JAKARTA - Mengembangkan bisnis lebih luas, PT IWIP akan membangun lebih dari 44 lini produksi atau line untuk feronikel di kawasan industri Weda Bay dan berencana menambah investasi sebesar Rp.200 triliun.
Baca Juga: Pembangunan Smelter Freeport Baru 6%, DPR: Akal-akalan Saja!
General Manager External Relations PT IWIP, Wahyu Budi mengatakan pembangunan 44 lini produksi untuk feronikel dilakukan untuk menambah kapasitas yang mampu ditampung oleh perusahaan.
"Kita akan membangun 44 atau lebih dari itu lini produksi atau line untuk feronikel. Selain itu kita juga kebetulan ada kebutuhan energi maka kita akan menambah kapasitasnya," ujar Wahyu Budi, Jakarta.
Baca Juga:
Investasi Triliunan, Proyek Strategis Nasional Smelter PT Ceria Ditargetkan Rampung 2024 Alasan di Balik Perekrutan 2.500 Pekerja China di Proyek Smelter Menperin: Pembangunan Kawasan Industri Selaras Alam Lebih Menarik Investor
Lanjutnya, jika hal tersebut dilaksanakan dan ada proyek lain seperti pembangunan untuk bahan baterai, pihaknya akan menambah investasi untuk pembangunan smelter .
"Kalau ada proyek lain bahan baterai dan sebagainya akan terealisasi dalam tahun ini tentu saja kita akan menambah investasi. Rencananya kita memang cukup besar mungkin sampai 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp 200 triliun, ini secara bertahap," paparnya.
Seperti diketahui, sampai dengan saat ini hingga 4 tahun ke depan perusahaan sudah menghabiskan dana sebesar 3 miliar dollar AS atau jika di rupiahkan menjadi sebesar Rp40 triliun.
"Ini untuk smelter, kan sudah jadi ada 12 line PLTU nya sudah jadi 3x250, pelabuhannya sudah jadi. Makanya kita menyerap tenaga kerja sebanyak itu karena kita membuat pabrik dan PLTU," pungkasnya.
Baca Juga: Alasan di Balik Perekrutan 2.500 Pekerja China di Proyek Smelter
Sebagai informasi berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Kawasan industri ini menelan total investasi mencapai USD10 miliar, yang merupakan realisasi dari perjanjian antara Eramet group (Perancis) dan Tsingshan.
Bersama dengan partner lokal, yaitu PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk di tahun 2018, untuk mengembangkan deposit bijih nikel dan 30kt/Ni Nickel Pig Iron smelter sebagai smelter pertama di dalam Kawasan Industri Weda Bay.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut kerjasama antara PT Freeport Indonesia dan perusahaan asal China, Tsingshan Group akan ditandatangani pekan depan. Tepatnya di tanggal 31 Maret 2021.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan PT Freeport Indonesia dan perusahaan asal China, Tsingshan Group, akan melakukan penandatanganan perjanjian untuk pembangunan smelter tembaga baru di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara pada pekan depan, 31 Maret 2021.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan Indonesia memiliki kesempatan untuk mengembangkan investasi di sektor nikel setelah kehilangan tiga fase keemasan industri yang meliputi olahan kayu, emas, dan batu bara.
PT Freeport Indonesia dan Tsingshan Steel disebut-sebut akan menandatangani perjanjian kerja sama pembangunan smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara, pada pekan depan.
Indonesia memang terkenal dengan sumber daya alam dan energi, salah satunya batu bara. Bahkan, Indonesia disebut memiliki sumber daya batu bara terbesar keenam di dunia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pemerintah telah mengetuk palu untuk menghapuskan limbah batu bara dari keluarga limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Adapun limbah batu bara adalah fly ash dan bottom ash (FABA).