Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) belum memutuskan perusahaan mana yang akan ditugaskan untuk mencaplok saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terkait rencana divestasi 20 persen saham perusahaan pertambangan nikel yang berkantor pusat di Brazil itu.
Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tenggara (Sultra) optimis pertumbuhan ekonomi tahun 2019 akan ada diangka sekitar 6,8 hingga 7,2 persen, jauh lebih baik ditahun 2018 lalu. Dimana optimisme BI tersebut didukung ada proyek strategis Nasional salah satunya keberadaan Virtu Dragon Nickel Industry (VDNI) di Morosi, yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Sultra
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerima pengajuan izin ekspor mineral olahan (konsentrat) dari PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT)
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan tengah membuka opsi untuk menugaskan PT Aneka Tambang Tbk mencaplok saham PT Vale Indonesia Tbk. Opsi dipikirkan terkait rencana divestasi 20 persen saham yang akan dilakukan emiten berkode INCO itu pada 2019 ini
Vale Indonesia Tbk (INCO) menggandeng rekan kerja sama melalui skema pendirian perusahaan patungan (joint venture/JV) guna membangun smelter feronikel di Bahodopi Sulawesi Tengah dan smelter nikel di Pomalaa Sulawesi Tenggara yang rencananya akan mulai konstruksi pada 2020
Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Minerba menyebut bahwa pemerintah telah mencabut wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) di Kecamatan Silo, Jember. Sehingga, lokasi tersebut tidak akan menjadi wilayah tambang emas
Perusahaan peleburan dan pemurnian tambaga, PT Smelting (PTS) bakal mengolah konsentrat tembaga 1,1 juta ton sepanjang tahun ini. Dengan mengolah konsentrat 1,1 juta ton, mereka menargetkan mampu memperoleh 292.000 ton katoda tembaga sebagai produk utama dengan tingkat kemurnian 99,99%, nilai ini meningkat 20,24% ketimbang realisasi produksi katoda tembaga pada 2018 sebesar 242.000 ton