Perusahaan tambang multinasional Inggris-Australia, Rio Tinto Group (RIO.AX), menyatakan telah bertemu dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Tbk) atau Inalum dan juga dihadiri Freeport-McMoRan (FCX.N). Hal itu dinyatakan Rio Tinto pada Rabu (23/5)
Perusahaan pelayaran milik negara PT Djakarta Lloyd (Persero) tengah menjajaki kerja sama pengangkutan ekspor bauksit dengan potensi volume 2 juta ton per tahun. Bila terealisasi, diverisikasi muatan perseroan kian beragam karena sebelumnya sudah menggarap angkutan batu bara
Permintaan produk baja diprediksi terus meningkat. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, industri lokal harus berbenah agar dapat menyerap permintaan pasar. Menurut Kementerian Perindustrian (Kemperin) setidaknya dibutuhkan total investasi di industri baja senilai US$ 14 miliar (Rp 174,74 triliun) hingga 2025
Sampai saat ini, divestasi saham PT Freeport Indonesia (FTFI) belum juga rampung diselesaikan. Padahal, Presiden Joko Widodo mengharapkan divestasi saham Freeport bisa selesai pada akhir April 2018
Selain mempercepat hilirisasi, Budi menambahkan bahwa pembentukan holding BUMN tambang juga bertujuan untuk menguasai 15-20% kepemilikan cadangan (reserve) dan sumber daya (resource) mineral Indonesia, mengakuisisi aset-aset strategis, eksplorasi berkelanjutan baik yang sudah ada maupun yang baru, dan manajemen strategi dalam mengelola aset pertambangan, di antaranya cobalt, monazite, dan rare earth.
Didirikan pada 6 Januari 1976, PT Inalum memiliki kegiatan usaha utama yakni mengoperasikan pabrik peleburan aluminium dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sumatera Utara, serta membangun dan mengoperasikan alumina smelter, pabrik kalsinasi kokas dan pabrik produk turunan aluminium. Kapasitas produksi pabrik mencapai 260.000 ton aluminium ingot per tahun, dengan jumlah tenaga kerja 2.112 orang