Pabrik-pabrik yang mengelola atau menambang komoditas nikel menyatakan mendapatkan keuntungan terus atau cuan pada masa Pandemi COVID-19. Ini akibat terus tumbuhnya industri baterai mobil listrik di berbagai negara.
PT. PAM Mineral Tbk (NICL) mencatatkan, peningkatan kinerja operasional yang solid. Selama semester I tahun ini, penjualan bijih nikel perseroan mengalami peningkatan yang signifikan dengan ditunjang oleh peningkatan harga komoditas nikel sepanjang semester I 2021
PT PAM Mineral Tbk (NICL) membukukan laba bersih sebesar Rp 26,29 miliar pada semester I 2021 setelah pada periode yang sama tahun lalu mengalami kerugian Rp 1,82 miliar. Penjualan bijih nikel yang meningkat signifikan, ditunjang oleh peningkatan harga menjadi mesin pendorong utama keuntungan perusahaan.
Kinerja PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tertekan sepanjang semester I-2021. Emiten pertambangan logam mineral ini membukukan laba bersih US$ 5,86 juta. Angka ini merosot 84,66% dari realisasi laba bersih MDKA di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 38,26 juta.
Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk Alwin Albar mengakui jika pihaknya masih kesulitan dalam mengembangkan mineral ikutan timah menjadi logam tanah jarang/rare earth (LTJ). Selain kesuliatan informasi, teknologi pengolahannya pun dikuasai oleh Cina.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, potensi industri nikel di Indonesia begitu menggiurkan. Namun, sayangnya, sejak 2014 nikel dipandang sebelah mata.
Tidak hanya komoditas tambang andalan seperti nikel, emas, tembaga hingga timah, ternyata sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia, juga menyimpan "harta karun" tambang yang langka ditemui.
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mendapat berkah dari kenaikan harga komoditas nikel. Kenaikan tersebut berdampak pada pertumbuhan laba bersih, meskipun perseroan mencatatkan penurunan volume penjualan bersamaan dengan peningkatan biaya energi.