Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) mengungkapkan perusahaan asal Jerman berminat untuk menanamkan modalnya senilai US0 juta atau sekitar Rp 10,4 triliun. Modal tersebut akan diinvestasikan pada proyek smelter yang bekerja sama dengan BUMN pertambangan Indonesia.
Pengamat energi dari Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman menilai, Pemerintah seharusnya menugaskan segera Konsorsium BUMN tambang ( PT Inalum ,PT Antam , PT Bukit Asam dan PT Timah ) bersama PT Perokimia Gresik dan PT Semen Gresik untuk membangun smelter menampung konsentrat dari tambang PT Freeport Indonesia (FI ) maupun dari tambang lainnya di seluruh Indonesia.
Pengamat energi dari Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman menilai, sikap PT Freeport Indonesia (FI) tidak mau membangun smelter dengan alasan harus ada kepastian perpanjangan izin operasi sampai dengan tahun 2041 adalah bagian strategi mengulur kewajibannya untuk memurnikan semua emas bebas yang diperoleh oleh proses penangkapan 14 unit konsertrator Knelasen terbesar di dunia.
DUA perusahaan asal Jerman telah menyatakan minat untuk menanamkan modal di Indonesia. Satu perusahaan berniat bekerja sama dengan BUMN pertambangan Indonesia guna menanamkan modal US0 juta (Rp10,4 triliun) di proyek smelter nickel. Sementara itu, satu perusahaan lain di bidang usaha sektor gas belum menyebutkan besaran nilai investasi.
Perusahaan asal Jerman disebut tertarik untuk berinvestasi membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel senilai USD800 juta atau sekitar Rp10,4 triliun di Indonesia.
Kegiatan produksi PT Freeport Indonesia tetap berjalan meski hanya 40 persen. Produksi konsentrat tersebut dialokasikan untuk pemenuhan pasokan smelter di Gresik.
Manajemen PT Freeport Indonesia berharap pemerintah dan Freeport tidak mengajukan ke arbitrase internasional terkait sengkarut status peralihan Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).