Pemerintah harus melihat royalti di sektor pertambangan sebagai instrumen untuk merangsang pertumbuhan indusri dalam negeri dan bukan hanya sekadar penerimaan negara.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan, menggandeng Cronimet Holding GmbH dan Ferrostaal Industrial Projects GmbH, dua perusahaan asal Jerman untuk mengembangkan deposit nikel perseroan melalui pembangunan fasilitas produksi feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara senilai US0 juta.
PT Vale Indonesia Tbk (INCO), produsen nikel dalam matte, hingga tiga bulan pertama 2016 memproduksi 16.894 metrik ton nikel dalam matte, turun 3% dibanding periode yang sama 2015 sebesar 17.476 metrik ton. Sementara jika dibanding kuartal IV 2015, produksi Vale turun 22.302 metrik ton.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan meresmikan pabrik bauksit terbesar di Kalbar, milik PT Well Harvest Winning Alumina Rafinery (WHW) dengan investasi sekitar Rp27 triliun, di Desa Sungai Tengar, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, pada Mei 2016.
Kementerian Perindustrian mendorong percepatan industri pemurnian dan pengolahan bauksit menjadi alumina. Salah satu daerah yang tengah mengembangkan industri ini ialah Kalimantan Barat.
Pelaku usaha pertambangan mineral memahami rencana pemerintah menaikkan royalti mineral mentah (ore). Namun kenaikan itu hendaknya juga mempertimbangkan aspek keekonomian kegiatan pertambangan. Jangan sampai kenaikan royalti malah mengganggu iklim investasi pertambangan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan siap menindaklanjuti perintah Presiden Joko Widodo terkait moratorium izin pertambangan. Namun begitu, otoritas di sektor sumber daya alam ini memproyeksikan tidak semua perizinan bakal terkena dampak kebijakan moratorium.
Wakil Direktur Well Harvest Ronald Sulistyanto memprediksikan, aktivitas produksi pabrik pengolahan dan pemurnian mineral smelter ini akan menghasilkan devisa USD 765 juta per tahun.