12 Pabrik Nikel Cs Hampir Mangkrak, Begini Perkembangannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat saat ini ada 12 perusahaan pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral yang mengalami kendala pendanaan, sehingga membuat progres pembangunan proyek tersebut jalan di tempat alias belum ada kemajuan.
Lantas, bagaimana perkembangan dari ke-12 proyek smelter tersebut? Apa saja upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut?
Mengenai hal ini, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandi Arief mengatakan bahwa pihaknya telah mempertemukan 12 perusahaan smelter tersebut dengan pihak perbankan, sehingga diharapkan masalah pendanaan bisa berkurang.
"Ada satu dua perkembangan, kita melakukan market sounding beberapa waktu lalu mempertemukan para owner dan pimpinan pabrik smelter tersebut dengan bank," tuturnya dalam acara 'Mining Zone' CNBC Indonesia, Senin (13/12/2021). Pilihan Redaksi
Terbongkar! Ini Alasan Kenapa Harga Nikel Tak Sesuai Patokan Gawat RI Terancam 'Kiamat' Timah, Cadangan Cuma Buat 25 Tahun Waduh! Jumlah 'Harta Karun' Timah RI Ternyata Sisa Segini..
Menurutnya, upaya ini merupakan bentuk kerja sama antara pemerintah dan industri agar pembangunan smelter ini dapat berjalan lancar. Pihaknya pun meminta industri bila tidak ada tanda positif bisa segera dilaporkan ke pemerintah, sehingga bisa segera diatasi bersama-sama dan tidak berlarut-larut.
"Kalau tidak ada tanda positif harus lapor segera, sehingga masalah bisa diselesaikan," ujarnya.
Selain karena masalah pendanaan, menurutnya kendala pembangunan smelter ini juga salah satunya karena tidak adanya pasokan listrik. Oleh karena itu, menurutnya, pihaknya juga sedang memediasikan dengan PT PLN (Persero) agar bisa memasok listrik ke proyek smelter tersebut.
"Selain itu, untuk pasokan listrik PLN, ada 1 sampai 2 proposal yang sedang diproses saat ini," ujarnya.
"Pertemuan dengan PLN, pendanaan, ini bukan hal yang mudah. Tapi tentunya masih optimis, selama industri ini masih diperlukan ada jalan keluar," tambahnya.
Menurutnya, pemerintah akan membantu perusahaan yang mengalami kendala selama perusahaan tersebut benar-benar berkomitmen merealisasik proyek tersebut.
"Gimana terjadi sinergi agar semua proses yang direncanakan bisa terealisasi. Pemerintah memberikan support yang tinggi kepada mereka-mereka yang serius merealisasikan proyek nilai tambang di bidang minerba," jelasnya.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan 53 smelter beroperasi pada 2024, bertambah 34 smelter dari 19 smelter beroperasi pada 2020.
Adapun 19 smelter yang telah beroperasi di Indonesia saat ini terdiri dari 13 smelter nikel, 2 smelter bauksit, 1 besi, 2 tembaga dan 1 mangan.
"Sampai saat ini ada (target penambahan) 34 unit (smelter) komoditas. Jadi sebenarnya masalah pembangunan ini tentunya sangat diharapkan berjalan sesuai rencana," tutur Irwandi.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin mengatakan, ada 12 perusahaan smelter yang saat ini mengalami kendala pendanaan.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin mengatakan, ada 12 perusahaan smelter yang saat ini mengalami kendala pendanaan.
Adapun 12 perusahaan yang mengalami kendala pendanaan di antaranya:
1. Gulf Mangan Grup (Mangan) 2. Bintang Smelter Indonesia (Nikel) 3. Macika Mineral Industri (Nikel) 4. Ang Fang Brothers (Nikel) 5. Teka Mining Resources (Nikel) 6. Mahkota Konaweeha (Nikel) 7. Arta Bumi Sentra Industri (Nikel) 8. Sinar Deli Bantaeng (Nikel) 9. Dinamika Sejahtera Mandiri (Bauksit) 10. Laman Mining (Bauksit) 11. Kalbar Bumi Perkasa (Bauksit) 12. Smelter Nikel Indonesia (Nikel).