2 Proyek Pabrik Baterai EV RI Butuh 34 Juta Ton Bijih Nikel
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyampaikan akan terus mendukung pemerintah dalam membangun industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/ EV) di dalam negeri demi mengurangi ekspor bahan mentah dan menciptakan nilai tambah lebih besar.
Direktur Operasi dan Transformasi Bisnis PT Aneka Tambang Tbk Risono mengatakan, saat ini ada dua calon mitra yang serius dalam mengerjakan proyek baterai kendaraan listrik ini, yakni LG dan CBL, konsorsium antara perusahaan China Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), Brunp, dan Lygend.
Dia menjelaskan, rencana kerja sama dengan LG sendiri saat ini sudah dalam tahap penandatanganan Head of Agreement (HoA). Dari proposal yang sudah ditandatangani, diperkirakan butuh bijih nikel sebesar 16 juta ton per tahun yang akan diolah menjadi nikel sulfat sebagai bahan baku baterai.
"Ada katoda material kita dorong prekursor katoda dibangun di Indonesia, aspirasi kami agar 70% dari raw material jadi battery cell 70% di Indonesia," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VI DPR, Kamis (02/12/2021).
Menurutnya, kerja sama ini diharapkan bisa menjadikan Indonesia sebagai hub sel baterai kendaraan listrik. Dia menyebut, proposal dari LG mengusulkan untuk menghasilkan kapasitas sel baterai 30 Giga Watt (GW) per tahun, masih lebih rendah dari aspirasi pemerintah yang mencapai 50 GW.
"Aspirasi 70% sebesar 50 GW sedang disesuaikan bagaimana menuju aspirasi pemerintah," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, calon mitra kedua yakni CBL yang di belakangnya ada perusahaan produsen baterai kendaraan listrik China CATL. Proposal yang diajukan oleh CBL menurutnya sedikit lebih besar dari aspirasi pemerintah.
Dalam satu tahun, proyek bersama CBL ini diperkirakan akan butuh bijih nikel sebesar 18 juta ton. Proyek ini ditargetkan akan memproduksi 360 ton nikel sulfat dan sel baterai sebesar 50 GW. Dia mengatakan, progresnya saat ini dalam tahap detail pra studi kelayakan atau Feasibility Study (FS).
"Kami menuju step-step tadi, sehingga bisa rencanakan di dalam term lima tahun setelah berdiri pabrik dibangun, 70% (kebutuhan baterai EV) terpenuhi," ucapnya.