3 Smelter Nikel Beroperasi, Produksi Feronikel 2021 Melonjak
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi feronikel dari smelter di dalam negeri pada 2021 ini melonjak 45% menjadi 2,1 juta ton dari 1,45 juta ton pada 2020.
Hal tersebut tercantum dalam data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Lonjakan tersebut sejalan dengan target beroperasinya tiga smelter nikel baru pada tahun ini.
Hal tersebut sempat diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
"Total realisasi fasilitas pemurnian mineral sampai dengan 2020 sebanyak 19 smelter dan 2021 sebanyak 23 smelter," ungkapnya saat konferensi pers 'Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2020 Dan Rencana Kerja Tahun 2021', Kamis (07/01/2021).
Sedangkan untuk produksi Nickel Pig Iron (NPI) pada 2021 ditargetkan hanya naik 4,7% mencapai 901 ribu ton, dibandingkan realisasi produksi 2020 yang sebesar 860.484 ton.
Di sisi lain, produksi nickel matte justru diperkirakan turun 15% menjadi 78.000 ton pada 2021, dari 91.704 ton pada 2020. Perkiraan penurunan produksi nickel matte pada tahun ini juga sejalan dengan penurunan produksi dari PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Vale merupakan salah satu produsen nickel matte terbesar di Indonesia.
Sepanjang 2020, Vale mencatatkan peningkatan produksi nikel dalam matte menjadi 72.237 ton, naik 2% dibandingkan 2019 yang sebesar 71.025 ton. Sementara pada 2021 ini perusahaan memperkirakan produksi nickel matte turun karena adanya perbaikan tungku (furnace) smelter mulai Mei-November 2021 mendatang.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Keuangan Vale Bernardus Irmanto beberapa waktu lalu.
Pemerintah kini terus mendorong hilirisasi sektor tambang, termasuk nikel. Hal ini terlihat dari gencarnya pemerintah mendekati sejumlah perusahaan baterai lithium hingga mobil listrik untuk membangun industri baterai hingga mobil listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir di Tanah Air.
Sejumlah perusahaan asing dan lokal bahkan kini dikabarkan sedang melakukan uji tuntas (due diligent) untuk mengakuisisi pertambangan nikel di Indonesia. Selain itu, semakin meningkatnya harga nikel juga mendorong penambang yang ada saat ini meningkatkan produksinya.
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Meidy Katrin Lengkey. Baca: Pendapatan Drop di 2020, Laba INCO Melesat 44% Jadi Rp 1,2 T
"Untuk proses akuisisi, memang ada beberapa perusahaan tambang yang banyak diminati oleh perusahaan asing dan lokal untuk diakuisisi sebagian sahamnya, tapi setahu kami saat ini sedang dalam proses due diligent," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (26/02/2021).
Meidy mengatakan, semakin banyaknya calon investor yang berminat mengakuisisi tambang nikel ini juga dipicu oleh semakin tingginya harga nikel.
"Apalagi harga sekarang untuk HPM (Harga Patokan Mineral) naik terus," ujarnya.
Berdasarkan data MODI per Jumat (26/02/2021), pada Januari 2021 produksi NPI pada mencapai 68.370 ton, feronikel 116.055 ton, dan nickel matte 6.088 ton.
Komoditas nikel menjadi salah satu yang 'kebal' terhadap dampak pandemi Covid-19, terlihat dari capaian produksi 2020 yang melebihi target.