4 Smelter Bakal Beroperasi di 2021, Ini Progresnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan tahun ini akan ada penambahan empat fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) yang mulai beroperasi, terdiri dari tiga smelter nikel dan satu smelter timah.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan, saat ini telah terdapat 23 smelter yang telah beroperasi.
Adapun empat smelter baru yang ditargetkan mulai beroperasi tahun ini antara lain:
1. Smelter Feronikel PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di Halmahera Timur, Maluku Utara
Dia mengatakan, progresnya saat ini sudah mencapai 97,7%. Proyek smelter ini menurutnya terkendala pasokan listrik, sehingga belum bisa beroperasi. Saat ini pihak Antam dikabarkan telah melelang pengadaan listrik.
Diharapkan, imbuhnya, dalam waktu dekat pada Juli 2021, instalasi listrik di smelter tersebut akan rampung.
"Dan mudah-mudahan dalam waktu dekat, Juli, akan selesai instalasi listrik di lokasi tersebut," ucapnya.
2. Smelter Nikel PT Smelter Nikel Indonesia
Dia mengatakan, saat ini sudah terbangun 100% dan sudah berhasil melakukan uji coba produksi. Namun, kegiatan ini terhenti sementara karena menunggu tambahan dana untuk operasional.
3. Smelter Nikel PT Cahaya Modern Metal Industri di Banten
Dia mengatakan, proyek ini sudah terbangun sebesar 100%, dan sudah mulai produksi.
"Sudah terbangun 100% dan mulai kegiatan produksi dan sudah dikunjungi Komisi VII," ujarnya.
4. Smelter Prima Citra di Kalimantan Tengah
Dia mengatakan, proyek smelter ini telah terbangun 99,87%. Tapi saat ini masih menunggu tenaga ahli dari China.
"Saat ini tunggu tenaga ahli dari Tiongkok untuk memulai proses smelter, akan datang Juni 2021 ini," lanjutnya. Baca: Keputusan Akhir Investasi 2 Smelter Baru Vale Mundur ke 2022
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif memaparkan smelter baru yang beroperasi pada 2020 hanya sebanyak dua smelter yakni smelter nikel. Dengan demikian, total smelter nikel yang beroperasi hingga 2020 mencapai 13 smelter.
Sementara smelter untuk komoditas lainnya yakni tembaga tetap tidak berubah dari tahun sebelumnya hanya dua smelter, bauksit dua smelter, besi satu smelter, dan mangan satu smelter. Dengan demikian, pada 2020 terdapat 19 smelter yang telah beroperasi.
Sementara pada 2021, ditargetkan tambahan empat smelter baru sehingga total smelter yang beroperasi akan mencapai 23 smelter. Dari total target 23 smelter beroperasi, di antaranya 16 smelter nikel, dua smelter tembaga, dua smelter bauksit, satu smelter besi, satu smelter mangan, dan satu smelter timbal dan seng.
Sampai dengan 2024 mendatang, pemerintah menargetkan sebanyak 53 smelter beroperasi. Artinya, dibutuhkan 34 smelter baru selama empat tahun mendatang.
Sementara kebutuhan investasi untuk membangun 53 smelter sampai dengan 2024 tersebut yakni mencapai US$ 21,59 miliar. Dengan rincian investasi untuk smelter nikel sebesar US$ 8 miliar, bauksit sebesar US$ 8,64 miliar, besi sebesar US$ 193,9 juta, tembaga US$ 4,69 miliar, mangan sebesar US$ 23,9 juta, serta timbal dan seng sebesar US$ 28,8 juta.