JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berharap bisa meningkatkan produksi nikel pada tahun ini dan tahun depan. ANTM menilai, kondisi pasar komoditas membaik sehingga bisa menambah produksi lebih dari target semula.
"Produksi nikel akan diperbesar. Saat ini masih dalam kondisi yang aman, sehingga kami bisa menambah produksi lebih dari target," ujar Direktur Utama ANTM, Tedy Badrujaman usai acara Forum BUMN, Kamis (3/11).
Tedy belum memberi target spesifik mengenai produksi nilkel yang dibidik. Namun, ia yakin sampai akhir tahun kinerja ANTM masih positif. "Apalagi saat ini nilai tukar sudah membaik dan lebih stabil," imbuhnya.
ANTM juga menyambut positif rencana relaksasi ekspor mineral secara terbatas yang digagas pemerintah. Jika boleh mengekspor, maka ANTM bakal mengalokasikan bijih nikel kadar tinggi untuk smelter dalam negeri.
Sedangkan bijih kadar rendah akan diekspor ke luar negeri. Bijih sisa ini mempunyai kadar yang lebih bagus dari bijih nikel dari Filipina, sehingga bila bijih nikel dari Indonesia masuk ke pasar ekspor maka akan mensubstitusi bijih nikel dari Filipina.
Selain menjual bijih domestik, ANTM juga sedang membangun pabrik feronikel berkapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Proyek ini direncanakan selesai pada 2018.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, volume produksi bijih nikel yang digunakan sebagai umpan bijih pabrik feronikel ANTM dan penjualan ke smelter pihak ketiga di dalam negeri mencapai 1,1 juta wet metric ton (wmt).
Volume produksi itu naik 156% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume produksi feronikel tercatat 14.393 TNi, naik 12% jika dibandingkan volume produksi tahun lalu 12.838 TNi. Lalu, volume penjualan feronikel mencapai 12.095 TNi.
Peningkatan volume produksi ini disebabkan selesainya perbaikan trafo pada pabrik FeNi II yang kembali beroperasi Mei 2016. Hingga September, ANTM mencetak penjualan Rp 6,45 triliun dengan kontribusi pasar ekspor 59%.
Nilai penjualan ini masih turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 9 triliun. Namun, ANTM mulai membukukan laba bersih Rp 38 miliar dari sebelumnya rugi.
Tedy mengatakan, hingga kuartal tiga 2016, belanja modal ANTM mencapai Rp 841,8 miliar. Dana ini digunakan untuk investasi pengembangan Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP).