KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bersama PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) tengah fokus mendorong hilirisasi. Untuk itu, perusahaan pelat merah ini tengah mencari mitra strategis untuk membangun Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar).
Selain itu, ANTM juga tengah mencari mitra untuk proyek hilirisasi stainless steel dan pembangunan smelter line 2 di Halmahare. Proyek joint venture hilirisasi yang bakal mengubah bauksit menjadi smelter grade alumina (SGA), saat ini telah menghasilkan perusahaan patungan bernama PT Borneo Alumina Indonesia (PTBAI).
Dimana, proyek yang memiliki investasi US$ 850 miliar tersebut, diestimasikan bakal memiliki kapasitas produksi hingga satu juta ton SGA, dan dijadwalkan ground breaking di semester kedua tahun ini. Kepemilikan PTBAI 60% dikuasai Inalum dan 40% oleh ANTM.
Direktur Keuangan ANTM Dimas Wikan Pramudhito mengatakan dalam joint venture tersebut ikut pihaknya menggandeng PT Pelindo II untuk pembangunan pelabuhan di Mempawah. Pihaknya juga membuka ruang bagi mitra baru untuk mengerjakan proyek hilirisasi tersebut.
Sementara itu, Dimas memastikan sejauh ini, pihaknya belum memiliki kesepakatan dengan China Aluminium Company (Chinalco). "Saat ini pembicaraannya masih demikian (Chinalco jadi mitra proyek SGAR), tapi belum. Saat ini PTBAI masih (dipegang) ANTM dan Inalum," jelasnya.
Sementara itu, di bawah direktur pengembangan bisnis ANTM, emiten itu tengah mengundang beberapa kandidat untuk bergabung mendanai berbagai proyek yang tengah digarap ANTM tahun ini. Mengingat, di 2019 emiten tersebut fokus melakukan pengembangan nikel, emas dan bauksit.
Mitra lainnya yang tengah dicari ANTM yakni untuk membangun pabrik stainless steel dengan nilai proyek berkisar US$ 1 miliar di Sorong yang merupakan proyek downstream ANTM. Sebelumnya sudah ada pembicaran dengan dua calon mitra kerjasama untuk pembangunan pabrik stainless steel tersebut.
"(Calon mitra) macam macam, kalau (pengembangan) nikel, ANTM sempat evaluasi beauty contes untuk dua kandidat. Hanya saja, terms yang diminta ANTM belum bisa dipenuhi keduanya," ungkapnya.
Adapun syarat yang diajukan ANTM untuk menjalin mitra yakni, menjadikan emiten itu sebagai holding mayoritas, calon mitra harus memiliki pasar, memiliki pengetahuan serta pengalaman teknologi, serta memiliki kemampuan pendanaan untuk membangun hilirisasi.
"Sekarang kami tengah evaluasi itu kembali. Tapi untuk sekarang calonnya belum ada lagi, dan kita masih meramu hasil dari beauty contest untuk kemudian (kemitraan) kami buka selanjutnya," jabarnya.
Dimas menjelaskan, saat ini produksi stainless steel Indonesia belum banyak, kecuali carbon steel. Untuk itu, penting bagi ANTM untuk menjalankan proyek downstream stainless steel. Dimana, calon mitra wajib memenuhi syarat strategis.
Satu lagi proyek ANTM yang membuka peluang bagi investor masuk adalah pembangunan pabrik Feronikel Haltim (Line 2). Dimana, untuk line 1 memiliki kapasitas produksi sebesar 13500 TNi dan direncanakan selesai pada Semester Pertama 2019.
Nantinya dengan selesainya proyek pembangunan pabrik feronikel Haltim (Line 1) akan meningkatkan kapasitas total terpasang feronikel ANTAM sebesar 50% dari kapasitas produksi feronikel terpasang saat ini sebesar 27.000 TNi menjadi 40.500 TNi per tahun.
Dimas juga menegaskan, kemungkinan bagi ANTM untuk menciptakan proyek hilirisasi baru cukup memungkinkan. "Tidak hanya behenti di stainless steel, kami tidak menutup diri juga sampai (hilirisasi) baterai, hydro dan metalurgi," tandasnya.