Agustus 2017, Presdir AMNT Perkirakan Hasil Studi Kelayakan Smelter Rampung
Jakarta - P
Presiden Direktur Amman Rachmat Makkasau mengatakan studi yang dimaksud lebih pada jenis teknologi smelter nanti. Namun dia tidak menjelaskan opsi teknologi apa saja yang sedang dikaji tersebut. "Kami fokus ke seleksi teknologinya. Masih dalam proses, paling Agustus tahun ini (selesai)," kata Rachmat di Jakarta, Rabu (7/6).
Rachmat menuturkan dari hasil studi tersebut akan diketahui secara pasti jumlah investasi yang dibutuhkan dalam membangun smelter. Selain itu, pihaknya masih melakukan kajian terkait pasokan listrik untuk smelter. Namun dia tidak menjelaskan kebutuhan daya yang diperlukan bagi smelter tersebut. "Kami masih review kebutuhan main power sampai untuk rencana jangka panjang ke depan," ujarnya.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Bambang Susigit mengatakan Amman memulai grounbreaking pembangunan smelter sejak akhir April kemarin. Namun pihaknya masih menunggu rencana detail pembangunan smelter tersebut. "Rencananya pekan depan kami layangkan surat ke Amman," kata Bambang di Jakarta, Jumat (2/6).
Bambang menuturkan, rencana detail merupakan tolak ukur dari kemajuan pembangunan smelter. Pasalnya kemajuan smelter menjadi syarat utama perpanjangan izin ekspor konsentrat. Bila dalam enam bulan kemajuan smelter belum mencapai 90 persen dari rencana kerja maka izin ekspor akan dicabut. Enam bulan itu dihitung sejak izin ekspor diberikan. Dalam hal ini Amman mengantongi izin ekspor sejak pertengahan Februari kemarin. "Rencana detail itu mereka sendiri yang tentukan. Kami tinggal mengevaluasi capaiannya seperti apa," ujarnya.
Menteri ESDM Ignasius Jonan sebelumnya pernah memintakan hal yang sama tatkala melakukan kunjungan kerja ke tambang Batu Hijau, Sumbawa pada 28 April kemarin. Dia bilang detail rencana pembangunan smelter yang diserahkan itu berisi target per tahapan masing-masing selama 6 bulan. Detil rencana itu menjadi bahan evaluasi kemajuan smelter setiap 6 bulan. "Jika progres tidak sesuai dengan rencana yang telah disetujui, maka rekomendasi ekspor akan kami cabut," tegasnya.
Berdasarkan catatan Beritasatu.com, saat masih bernama PT Newmont Nusa Tenggara, pembangunan smelter dilakukan bersama dengan PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Kerja sama itu terjalin sejak 2014 silam. Namun setelah menjadi Amman, kebijakan itu berakhir dan memilih membangun smelter sendiri seiring dengan terbitnya ketentuan teranyar di sektor minerba. Pasalnya izin ekspor kini bergantung pada progres pembangunan smelter. Bila Amman tetap bekerja sama membangun smelter di Gresik maka artiannya nasib izin ekspornya tergantung Freeport.