a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Akibat pandemi Covid-19, penyelesaian proyek smelter Timah (TINS) mundur ke 2022

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen timah dan logam dasar PT Timah Tbk (TINS) memberi konfirmasi bahwa pengerjaan proyek smelter pemurnian timah berteknologi TSL Ausmelt Furnace turut terganggu akibat pandemi Covid-19.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Muhammad Zulkarnaen mengatakan, proyek smelter timah yang digarap TINS pada dasarnya masih dalam tahap konstruksi fisik. Namun, proses tersebut mengalami gangguan akibat dampak pandemi corona yang turut melanda Indonesia.


Akibatnya, penyelesaian proyek smelter ini akan mundur dari jadwal semula yang ditetapkan pada tahun 2021. “Pandemi ini mengakibatkan kemunduran penyelesaian proyek yang diperkirakan menjadi tahun 2022,” kata dia, Jumat (9/10).

Kendati begitu, Zulkarnaen memastikan sampai saat ini belum ada perubahan capital expenditure (capex) atau belanja modal yang dikeluarkan TINS untuk proyek tersebut.

Sekadar catatan, nilai investasi yang dibutuhkan untuk proyek smelter ini mencapai US$ 80 juta.

Dalam berita sebelumnya, saat pandemi Covid-19 melanda, manajemen TINS telah melakukan diskusi analisis penundaan proyek smelter timah dengan pihak engineering, procurement, contruction, and commissioning (EPCC).

TINS juga menginformasikan kepada pihak pembiayaan seperti MUFG, Finverra, dan IEB terkait pandemi corona yang berpengaruh terhadap proyek smelter yang berlokasi di Muntok, Bangka Barat tersebut.

Proyek smelter ini dibangun di atas lahan seluas 2,1 hektare (ha). TINS bekerja sama dengan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) guna menggarap proyek tersebut. Saat smelter ini beroperasi, TINS dapat memproduksi 40.000 ton timah per tahun.

TINS juga berpotensi memperoleh pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA tahunan sekitar US$ 126,31 juta.

Di tengah pengerjaan proyek ini, Zulkarnaen menyampaikan, TINS juga fokus meningkatkan lagi produksi dan penjualan timah, terutama ke pasar ekspor. “Tentunya ini dengan mempertimbangkan kondisi pasar timah ke depan,” ujarnya.

Ia yakin kinerja bisnis TINS akan membaik di sisa tahun ini seiring tren peningkatan harga timah global dalam beberapa bulan terakhir.

Sekadar catatan, TINS mengalami penurunan pendapatan sebesar 18,48% (yoy) menjadi Rp 7,97 triliun di semester I-2020. Perusahaan juga mengalami kerugian bersih sebesar Rp 390,07 miliar.