KONTAN.CO.ID - Maspion Group melalui anak usahanya PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI) akan membangun smelter alumunium slab. Tak sendiri, Alumindo bekerja sama dengan PT Asahan Aluminium Indonesia dalam pembangunan kali ini.
Merujuk kerjasama dua perusahaan ini, Alumindo akan mengempit 40% saham di pabrik permurnian itu kelak. Sisanya atau 60% akan dikuasai Inalum. Adapun, Alumindo dalam smelter ini juga menggandeng Parna Raya Grup dengan porsi masing-masing 22% Alumindo dan Parna 18%.
Rencananya, pembangunan pabrik baru ini akan menelan dana sekitar US$ 100 juta. Jika kelak beroperasi, pabrik pemurnian atau smelter slab ini berkapasitas 100.000 ton per tahun dengan operasi tahun 2020.
Alim Markus, Presiden Direktur Alumindo Light Metal Industri Tbk mengungkapkan, penandatanganan nota kesepahaman dengan PT Asahan Aluminium Indonesia (Persero), Rabu (6/9) ini merupakan lembaran baru bagi Alumindo. "Selama in,i hubungan kami dengan Inalum hanya merupakan jual beli atau partner trading. Sekarang sinergi itu naik dengan memproduksi slab," ujar dia, Rabu (6/9).
Alim bilang, selama ini perusahaan membeli aluminium ingot (batangan) dari Inalum dan impor dari China. Dengan smelter aluminium slab ini, impor alumunium ingot kelak akan berkurang.
Adapun, Haposan Napitupulu Direktur Pengembangan Usaha dan Infrastruktur PT Parna Raya bilang, Parna baru memasuki bisnis aluminium. "Kalau bisa jangan impor lagi, kami bikin di sini," kata dia
Direktur Alumindo Welly Muliawan menambahkan, pada tahun 2016 lalu, pihaknya memproduksi aluminium sheet dan aluminium foil sebanyak 92.000 ton, adapun tahun ini akan sebesar 110.000 ton. "Dengan adanya smelter baru aluminium slab, kami tidak perlu impor lagi dan menghemat 10% dari cost produksi selama ini," kata dia.
Dia bercerita, untuk melebur aluminium ingot sampai menjadi alumunium foil dan sheet memerlukan proses yang panjang dan memakan cost besar. Dus, dengan memproduksi aluminium slab, dan bahan baku ingot dari Inalum, tahapan produksi aluminium foil dan sheet akan singkat.
Selama ini, Alumindo mengekspor aluminium foil dan sheet sebanyak 92.000 ton-120.000 ton per tahun. Ekspor mayoritas ke Amerika Serikat 75% dari produksi. Sisanya dijual ke domestik dan untuk keperluan sendiri membuat panci dan teflon. "Dari 75% itu, sekitar 85% ke Amerika, sisanya 15% ke India, negara Asia lainnya," ujarnya.
Kelak, Alumindo akan menaikkan porsi ekspor ke India yang sedang tumbuh. Kesempatan ini terbuka karena India sudah menerapkan dumping untuk produk China.
Welly juga berharap penjualan aluminium foil dan sheet ke Amerika Serikat bisa lebih lancar. Apalagi, pemerintahan Donald Trump sangat ketat untuk produk dari China. Tak hanya itu, harga komoditas saat ini sudah mulai membaik. "Pesaing nomor satu kami adalah China," imbuh dia.
Sebagai gambaran, penjualan alumunium foil dan sheet perusahaan dengan kode saham ALMI di Bursa Efek Indonesia pada semester I-2017 naik hampir 60% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. "Pasar Amerika membaik. Ada peluang menggeser produk China," ujarnya. Alumindo berharap, pendapatan ALMI bisa tumbuh 40% dibandingkan 2016 yang sebesar Rp 2,46 triliun.
Tidak hanya membangun smelter aluminium slag, Maspion Group melalui anak usahanya yang lain PT Indal Aluminium Industry (INAI) dan Inalum juga bisa bersinergi membangun smelter aluminium billet. Saat ini, INAI memproduksi aluminium billet 20.000 ton.
Winardi Sunoto Direktur Utama Inalum menambahkan, nantinya smelter tersebut akan berada di Kuala Tanjung, Sumatra Utara. Alumindo bukan saja menjadi pembeli siaga tapi juga turut menanamkan investasi dalam pembangunan smelter tersebut.
Selain dengan Alumindo, Inalum juga akan bekerja sama dengan pihak lain untuk membangun pabrik kabel transmisi aluminium (wire rod). Dalam waktu dekat kerjasama akan diteken. "Investasinya US$ 24 juta, " ujar Winardi. Inalum kelak memegang saham 51% di kerja sama ini.