Aneka Tambang (ANTM) buka opsi beli bijih nikel dari penambang rakyat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tambang mineral PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mendukung penerapan Harga Patokan Mineral (HPM) yang telah ditetapkan pemerintah. ANTM juga berupaya memberikan dukungan terhadap kelangsungan usaha para penambang nikel lokal.
Direktur Utama Aneka Tambang Dana Amin mengatakan, sejauh ini smelter-smelter feronikel ANTM mendapat pasokan bijih nikel dari tambang milik perusahaan itu sendiri.
Sekadar catatan, ANTM sudah memiliki sejumlah smelter feronikel yang terletak di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Di antaranya smelter feronikel FeNi 1 yang berdiri tahun 1976, FeNi 2 berdiri tahun 1994, dan FeNi 3 berdiri tahun 2007. Secara akumulasi, ketiga smelter itu berkapasitas 27.000 ton nikel dalam feronikel (TNi).
Dana Amin menyebut, pihaknya tengah melakukan kajian untuk mencari pasokan bijih nikel dari sumber yang lain. ANTM , anggota indeks Kompas100 ini, pun membuka opsi untuk membeli bijih nikel dari penambang-penambang rakyat di sekitar area kerja perusahaan mulai tahun depan. “Mungkin dengan begitu kami bisa membantu masyarakat sekitar area tambang,” imbuhnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VI DPR RI, Selasa (29/9).
Baca Juga: Listrik untuk proyek smelter feronikel Antam (ANTM) tersedia awal 2021
Dia juga mengungkapkan, ANTM masih memiliki sumber daya dan cadangan bijih nikel yang melimpah untuk dioptimalkan oleh perusahaan. ANTM pun siap mendukung pemerintah terkait program hilirisasi tambang mineral yang mana nikel menjadi salah satu komoditas unggulan yang bisa diolah menjadi berbagai produk turunan.
“Cadangan nikel kami terbesar kedua setelah Vale Indonesia yang sekarang sebenarnya sebagian sahamnya sudah dimiliki MIND ID,” ungkapnya.
Mengutip situs resmi ANTM, perusahaan ini memiliki sumber daya bijih nikel sebanyak 1.334 juta WMT per tahun 2018. Di saat yang sama, cadangan bijih nikel ANTM tercatat sebesar 438 juta WMT.
Saat ini, perusahaan pelat merah ini tengah fokus menyelesaikan pembangunan smelter feronikel di Halmahera Timur. Per Juli 2019, proyek ini sudah mencapai 97% namun terhambat lantaran belum adanya ketersediaan pasokan listrik.
Manajemen ANTM menargetkan listrik di smelter feronikel Halmahera Timur tersedia di awal tahun 2021. Di tahun yang sama, smelter ini ditargetkan beroperasi secara komersial.