KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dikabarkan sudah memenangi dua dari enam blok tambang yang dilelang. Blok Bahodopi Utara dan Matarape menjadi dua blok yang jatuh dalam pangkuan Antam.
Saat dikonfirmasi, Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo, tak menampik kabar tersebut. Dalam keterangan yang diberikan kepada KONTAN, Arie menyebut bahwa surat penunjukkan sudah diberikan pada awal Agustus dan beberapa hari lalu.
Rinciannya, tanggal 1 Agustus 2018 untuk Bahodopi Utara, dan 21 Agustus 2018 untuk Matarape. “Sudah dapat surat penunjukkan langsung dari Dirjen Minerba,” ungkapnya, Kamis (23/8).
Sebagai informasi, berdasarkan catatan KONTAN, Blok Bahodopi Utara berada pada lahan seluas 1.896 ha, sedangkan Blok Matarape memiliki luas 1.681 ha. Untuk mendapatkan kedua blok tersebut, Arie bilang, pihaknya mengeluarkan dana sesuai dengan harga Kompensasi Data Informasi (KDI).
“Antam sesuai dengan KDI, masing-masing Rp. 180-an miliar,” ujar Arie.
Ia mengungkapkan, Antam memang hanya berminat pada dua blok itu, dan tidak melirik blok-blok lainnya. “Dari semua blok yang ditawarkan, kita hanya menyatakan minat atas dua blok tersebut,” imbuhnya.
Namun di sisi lain, menurut Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, sebetulnya belum ada pengumuman resmi yang dikeluarkan.
Agung belum bisa berbicara banyak, karena dirinya mengaku belum mendapatkan informasi yang rinci dari Direktorat Jenderal Mineral da Batubara (Minerba).
“Belum ada resminya. Itu kan Antam yang bilang ya. Saya belum dapat dari Minerba-nya. Kalau (blok tambang) yang belum laku, dilelang ulang. Tapi saya belum dapat rinciannya,” ujar Agung. Sayang, hingga tulisan ini dibuat, belum ada konfirmasi lebih lanjut dari pihak Direktorat Jenderal Minerba.
Yang pasti, menurut Arie, setelah ditunjuk, Antam akan berupaya untuk mendapatkan IUP eksplorasi. Setelah itu, pihaknya akan melakukan eksplorasi mendalam dan dilanjut dengan proses berikutnya seperti AMDAL, feasibility study (FS), dan yang lainnya.
Terkait dengan pembangunan smelter, Arie belum bisa memastikannya. Apabila layak dibuat smelter yang kompetitif, pihaknya akan melanjutkan dengan proses FS dan Amdal untuk membangun smelter.
Arie menjelaskan, untuk smelter dengan produksi 40.000 ton nikel, dengan hitungan economical scale yang kompetitif, dibutuhkan sekitar 4-5 juta ton biji nikel per tahun dan 100 juta ton biji nikel untuk 25 tahun.
“Kalau kapasitas kecil tentu kompetitifnya berkurang. Kan saat ini belum tahu persis cadangan yang ada di dalamnya. Mining is a gambling,” ujar Arie.
Untuk soal mitra dari perusahaan mana yang akan digandeng guna menggarap kedua blok tersebut, Arie masih irit bicara. Yang jelas, Arie bilang, pihaknya memiliki waktu selama 60 hari untuk membentuk join venture (JV).
“Eksplorasi, FS dan Amdal mungkin setahun ya. Pembentukan JV 60 hari, baru dapat IUP Eksplorasi. Jadi untuk urusan partnership akan diselesaikan dalam kurun waktu tersebut. Nanti jelasnya setelah JV terbentuk,” jelasnya.
Saat dikonfirmasi mengenai saham yang akan diberikan kepada daerah setempat, Arie pun mengamininya. Ia berkata, akan ada saham sebesar 6% untuk BUMD Kabupaten dan 4% untuk BUMD Provinsi.
Di sisi lain, saat dikonfirmasi, Direktur Utama PT Pembangunan Sulteng (Perusda), Suaib Djafar dan Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesra Provinsi Sulawesi Tengah, Elim Somba, mengaku belum mendapatkan informasi resmi terkini mengenai pengumuman lelang tambang ini.
Seperti diketahui, Pemprov dan Persuda Sulteng juga berminat untuk mengelola blok tambang Bahodopi Utara. “Iya belum dapat. Hanya yang ada hasil evaluasi terhadap Perusda dan tidak dinilai mitranya,” terang Suaib.
Hal yang dimaksud Suaib adalah hasil evaluasi yang diberikan pada akhir Juli lalu. Menurutnya, dari ketiga aspek yang dievaluasi, yakni administrasi, finance dan teknologi, pihaknya masih dinilai belum bisa memenuhi aspek finance dan teknologi.
Padahal, Suaib mengaku, soal keuangan, pihaknya siap untuk memberikan komitmen, dan untuk teknologi, Perusda Sulteng siap bermitra dengan perusahaan yang sudah berpengalaman.
“Kalau pengalaman, ya tentunya Perusda belum seperti kaya yang lain-lain justru karena, itu kami siap menggandeng mitra. Soal finance pun kita tidak ada masalah, karena sudah mengajukan sebagai jaminan perbankan 10% dari KDI itu,” jelasnya.
Suaib menyebut, pihaknya ingin memperjuangkan apa yang menjadi keinginan pemerintah daerah. Jika pun ada mitra yang berminat, pihaknya terbuka untuk bekerjasama.
“Kalau memang ada mitra yang lain, mengapa tidak? dengan Antam juga seumpamanya, tapi harus kita perhitungkan seperti apa kerjasama dengan kita. Nanti kita hitung seperti apa, yang penting mendapatkan izin pengelolaan,” katanya.
Ia menegaskan, pihak Perusda dan Pemprov Sulteng saat menekankan pentingnya pembangunan smelter. Tujuannya ialah agar benar-benar bisa menggulirkan multiplier effect yang bisa dirasakan masyarakat di daerah setempat.
“Pengelolaan itu harus betul-betul membangun smelter, agar mulplier effect bisa benar-benar dirasakan. Kita mau secara proporsional bisa mengerjakan bersama-sama yang saling menguntungkan. Karena kalau tidak dikelola dengan baik, tentunya kita tidak dapat manfaat dari situ,” tandasnya.