Antam seleksi partner untuk membangun pabrik hilirisasi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan menyeleksi pihak yang akan menjadi partner dalam pembangunan pabrik hilirisasi. ANTM sedang melakukan beauty contest untuk mencari partner terbaik dalam pembangunan proyek smelter tersebut.
Arie Probowo Ariotedjo, Direktur Utama ANTM menyebut, pembangunan ini akan dilakukan pada beberapa lokasi. Antara lain lokasi yang menjadi operasional ANTM selama ini, seperti Pomalaa, Sulawesi Tenggara; Tanjung Buli, Maluku Utara maupun Sorong, Papua. “Deadline beauty contest ini bulan Februari,” kata Arie, Senin (29/1).
Bila deadline tersebut berjalan tepat waktu, ANTM menargetkan setidaknya sudah ada satu proyek yang mulai bergulir tahun ini. “Kami harapkan, semester II ada yang satu project yang kami develop,” ujarnya.
Setidaknya, pertengahan tahun ini ada satu proyek yang dikerjakan. Antam menerapkan kriteria khusus terhadap calon partner tersebut. Diantaranya mereka yang memiliki pengalaman pada bidangnya, memiliki teknologi yang mumpuni, dan memiliki pengalaman produksi. “Juga punya kekuatan financing,” katanya.
Dengan kriteria tersebut kemungkinan, partner yang akan digandeng yakni dari pihak asing. Pihaknya memastikan bisa mencari partner yang baik dan sesuai. Sedangkan untuk pekerjaan engineering, procurement and construction (EPC), bisa diberikan kepada lokal. Misalnya seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dalam proyek pembangunan pabrik feronikel di Halmahera Timur.
Pembangunan satu proyek smelter ini, setidaknya bisa memakan waktu 3-5 tahun. Dalam hal ini, Arie belum bisa memastikan berapa investasi untuk proyek pembangunan smelter tersebut. Hal ini masih tergantung proses seleksi dan proposal kerja sama yang diajukan.
“Seperti yang di Pomalaa untuk bikin stainless steel mungkin US$ 1 miliar, targantung proposalnya,” ungkap Arie.
Dari laman resmi ANTM, hilirisasi menjadi salah satu strategi perusahaan untuk menghasilkan produk-produk bernilai tambah. Salah satu produk pegolahan yang telah diproduksi ANTM adalah feronikel yang memiliki kandungan besi sekitar 80% dan nikel sebesar 20%.
Komoditas feronikel ANTM yang dibedakan dari kandungan karbon tinggi atau rendah, dijual dalam bentuk buliran (pellets) ke produsen baja nirkarat di Eropa dan Korea. Sekitar 70% dari permintaan nikel dunia berasal dari industri baja nirkarat, sementara sisanya digunakan untuk beragam industri seperti baterai, elektronik, industri antariksa dan turbin gas.
Untuk memproduksi feronikel, bijih nikel feronikel yang memiliki kadar nikel minimum 1,8% dan kadar besi maksimum 25%, diolah untuk menjadi calcine melalui proses penghancuran, pengeringan, pemanasan, dan penambahan beberapa material untuk mengurangi tingkat keasaman melalui beberapa alat.
Bijih nikel yang telah diolah kemudian dilebur dengan rasio antara 70-80 wmt bijih nikel, tergantung dari kadar bijih nikel, untuk setiap ton feronikel yang dihasilkan. Teknologi phyrometalurgi yang digunakan membutuhkan energi yang besar dan suplai listrik yang konsisten.