Jakarta - PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) memulai pembangunan smelter atau fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral. Smelter yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2022.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar dalam kunjungan kerja ke wilayah tersebut.
"Perusahaan ini merupakan salah satu pionir pelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2017 dan produk hukum turunannya. Salah satunya ditandai dengan ditargetkannya pengoperasian smelter paling telat 2022," kata Arcandra seperti yang dikutip dari laman esdm.go.id, Jumat (9/8/2019).
Dengan demikian, maka Amman membangun smelter dalam jangka waktu lima tahun sesuai dengan ketentuan dalam PP Nomor 1 Tahun 2017. Kemudian, Amman juga harus memberikan detail rencana pembangunan smlelter dengan target per tahapan masing-masing selama enam bulan.
Perlu diketahui, smelter ini akan menjadi fasilitas pemurnian konsentrat tembaga yang mencakup fasilitas pemurnian logam mulia (precious metal refinery). Melalui cabang usahanya PT Amman Mineral Industri (PTAMIN), pembangunan smelter ini sudah dijadwalkan untuk tahap keputusan investasi final (Final Investment Decision, FID), finalisasi Front End Engineering Design (FEED) sehingga dapat memulai tahap konstruksi (Engineering Procurement & Construction, EPC).
Lalu, sesuai Rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) tahun 2019 yang diajukan, Amman akan melakukan kegiatan eksplorasi di tahun ini untuk pemetaan seluas 2.000 hektare (Ha) dan pengeboran sebanyak 57.600 meter dengan menggunakan hingga 10 mesin bor. Blok Batu Hijau pemetaan 1.000 Ha dengan pengeboran 1.200 meter, Blok Elang pemetaan 500 Ha dengan pengeboran 53,900 meter untuk melanjutkan program pengeboran tahun 2018 dan untuk studi geoteknik, hidrogeologi dan metalurgi. Adapun kegiatan di Blok Rinti berupa pemetaan 500 Ha dan pengeboran 2.500 meter.
Dengan beberapa kegiatan-kegiatan lain di tahun 2019, maka Amman mengalami peningkatan pada pengeluaran perusahaan sebesar US$ 1,15 miliar atau sekitar Rp 16.3 triliun. Beli dirincikan, terdapat peningkatan biaya operasional mine site sebesar US$54,7 juta atau setara dengan Rp 776 miliar (kurs Rp 14.200), peningkatan pengeluaran modal sebesar US$ 43,7 juta atau sekitar Rp 620,3 miliar, kenaikan biaya eksplorasi dan advanced project sebesar US$ 2 juta atau sekitar Rp 28,3 miliar, yang diofset dengan penurunan biaya non operasional mine site sebesar US$ 46,4 juta atau setara Rp 658 miliar.
Untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, Amman berencana untuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di pasar modal. Perusahaan tambang emas dan tembaga ini mengincar dana senilai US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,5 triliun dari penawaran tersebut.