Atomindo bertekad hidupkan kembali industri timah Indonesia
Pangkalpinang (ANTARA) - Assosiasi Penambang dan Pengolah Pasir Mineral Indonesia (Atomindo) bertekad menghidupkan kembali industri pertimahan Indonesia setelah hampir satu tahun "mati suri".
Ketua Atomindo, Darmansyah di Pangkalpinang, Senin, mengatakan matinya industri timah Indonesia khususnya Bangka Belitung sudah diketahui jelas apa yang menjadi permasalahan utama, sehingga Atomindo ingin membuat solusi atas sumbatan yang ada.
"Jadi permasalahan utama matinya industri timah itu semua sudah kita ketahui. Mengacu pada Permen ESDM No 1806 K/30/MEM/108 tentang penyusunan RKAB, mewajibkan adanya validasi dari Competen Person serta mengacu pada KCMI. Permasalahannya jumlah CP yang sangat-sangat terbatas itu menyebabkan para Smelter akhirnya mengalami stagnasi. Sejak Oktober lalu dan hingga saat ini tak mampu beroperasi karena dokumen RKAB nya tidak bisa diproses. Karena untuk dapat diproses harus ada validasi CP. Oleh karena itu fokus dari Atomindo adalah bagaimana kita memiliki CP yang nantinya dapat melakukan validasi RKAB, nah jika RKAB telah divalidasi artinya tidak ada lagi yang menjadi hambatan. Insya Allah industri smelter dapat beroperasi kembali. Itu target kami yang paling dekat," katanya.
Dikatakannya bahwa target tersebut diharapkan dapat terealisasi sebelum tutup tahun 2019 ini dan Ia mengklaim sudah menyusun formulasinya sebagai langkah percepatan.
Menurutnya situasi ini sangat urgent karena Atomindo sendiri telah mencatat pertambahan angka pengangguran yang terjadi sebagai dampak terhentinya operasi Smelter dan kegiatan Ekspor mineral timah. Padahal sektor ini memberikan andil yang cukup besar dalam menyerap tenaga kerja dalam berbagai fungsi.
"Insya Allah secepat mungkin smelter harus kembali operasi dan bisa melakukan ekspor timah batangan seperti biasa. Masalahnya sudah kami ketahui. Statement dari Ketua DPRD pada awal Juni lalu tegas bahwa tidak ada yang namanya larangan ekspor, selama terpenuhi segala persyaratannya," katanya.
Selain itu, pihaknya di Atomindo juga prihatin atas situasi hari ini di mana angka pengangguran yang timbul akibat terhentinya operasi perusahaan smelter sejak Oktober 2018 lalu yang sudah mencapai angka ribuan.