BKPM Cari Formula Eksekusi Proyek Mangkrak Krakatau Steel Rp 3,9 T
Jakarta, Beritasatu.com - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyayangkan mangkraknya rencana investasi yang dijalankan PT Meratus Jaya Iron & Steel (PT MJIS) di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Bergerak di bidang usaha industri pengolahan besi dan baja dasar (smelter), PT MJIS mengalami kendala antara lain bahan baku, infrastruktur, dan pemasaran. PT MJIS yang merupakan anak usaha PT Krakatau Steel (Persero) (KS), tercatat memiliki rencana investasi senilai Rp 3,9 triliun.
“Kita lihat ini sebenarnya sayang banget. Investasinya sudah terealisasi Rp 2 triliun yang berjalan. Kita sekarang bersama-sama akan cari formulasi yang tepat. Ini harus menjadi sumber pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Tanah Bumbu, yang pada akhirnya mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Intuisi saya sebagai mantan pengusaha, ini barang bagus. Ini cuma harus dipoles sedikit,” jelas Bahlil dalam siaran pers, Kamis (3/12/2020).
BACA JUGA Komitmen Investasi ke RI Perlu Disikapi Secara Cepat dan Responsif
Menurut Bahlil, Kabupaten Tanah Bumbu dapat dijadikan salah satu pilihan lokasi investasi bagi investor. BKPM terus mendorong terwujudnya investasi berkualitas. Salah satunya pemerataan investasi yang tidak hanya bertumpu pada Pulau Jawa saja. Bahlil yakin masuknya investasi ke daerah, akan ada multiplier effects yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. “Jadi investasi itu seperti kereta. Ada gerbong dan lokomotifnya. Nah, anggap investasi ini lokomotifnya, dan gerbongnya nanti ikut. Itu multiplier effects-nya. Jadi ekosistemnya akan jalan, dan kawasan ekonomi ini akan bisa berjalan juga dengan baik,” ujar Bahlil.
Direktur Utama PT KS Silmy Karim optimistis akan ada solusi dalam waktu dekat terkait mangkraknya PT MJIS yang sudah tidak beroperasi sejak tahun 2015 lalu. “Kita harus cari solusi apa yang tepat dan berdaya saing, serta mengedepankan sumber komoditi dari Indonesia. Harapan kami, yang tadinya menjadi beban, bisa menjadi suatu potensi,” ungkap Silmy.
Sementara itu, Ketua Umum Himpungan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Mardani H Maming meyakini PT MJIS tidak akan mangkrak lagi dalam waktu dekat. Maming sempat menyampaikan aspirasinya untuk membuka kembali Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, sebagai salah satu upaya menyediakan lapangan kerja.
“Dengan Covid-19 saat ini, banyak orang yang di-PHK, maka perlu lapangan kerja. Dengan adanya KEK Tanah Bumbu dan Batulicin, maka akan terbuka investasi dan lapangan kerja. Kalau lapangan kerja terbuka, maka masyarakat Tanah Bumbu akan banyak yang lebih sejahtera,” jelas Mardani yang juga merupakan mantan Bupati Tanah Bumbu selama dua periode.
PT MJIS merupakan perusahaan joint venture antara PT KS (66,66%) dengan PT Aneka Tambang Tbk (33,33%). PT MJIS merupakan perusahaan pioneer di Indonesia yang memproduksi sponge iron dengan teknologi rotary klin, dengan memanfaatkan bahan baku berupa bijih besi, batu bara, dan batu kapur. Awalnya, perusahaan ini didirikan untuk menyuplai besi spons ke PT KS sebagai bahan baku peleburan baja.
Dalam perjalanan investasinya, PT MJIS menghadapi berbagai permasalahan. Disebutkan bahwa bahan baku bijih besi yang tersedia tidak memenuhi standar kebutuhan skala industri, serta batu bara yang sesuai dengan kebutuhan spesifikasi PT MJIS tidak mencukupi untuk area Batulicin. Selain itu, kapasitas pelabuhan yang ada (berkapasitas 300 ft) tidak mencukupi kapasitas yang diperlukan (minimal 50.000 ton)