JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal di Indonesia selama triwulan kedua (April-Juni) tahun 2017 sebesar Rp 170,9 triliun. Jumlah itu meningkat 12,7% dari periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 151,6 triliun.
Kepala BKPM, Thomas Lembong mengatakan, dari realisasi investasi triwulan II ada peningkatan sebaran investasi di luar Jawa. Menurutnya, sebaran investasi di luar Jawa semakin meningkat menjadi Rp 79,7 triliun atau setara 46,6% dari total investasi dibandingkan triwulan II tahun 2016 yang hanya sebesar 45,9%.
Menurut Thomas, pengembangan smelter adalah kontributor yang cukup besar dari jumlah nominal investasi di daerah yang kaya mineral sehingga smelter cenderung meningkatkan investasi di luar Jawa. Selain itu, hal ini juga menumbuhkan investasi dalam pengolahan mineral dan membantu mengangkap nilai tambah.
“Saya ingin angkat lagi development dari smelter yang menjadi kontributor investasi di daerah,” katanya di kantor BKPM, Jakarta, Rabu (26/7).
Ia melanjutkan, untuk mewujudkan keseimbangan investasi antara Pulau Jawa dan luar Jawa sesungguhnya adalah tantangan yang sulit. Namun, melihat realisasi pada triwulan II ini, menurut Thomas, terlihat bahwa program pemerintah bisa mengangkat investasi di luar Jawa, misalnya pembangunan infrastruktur dan perbaikan administrasi.
“Program ini mem-boost pertumbuhan investasi di luar Jawa,” ujarnya.
BKPM mencatat, realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp 91,2 triliun atau 53,4%. Lima besar realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan lokasi proyek adalah DKI Jakarta sebesar Rp 24,8 triliun atau 14,5%. Lalu, Jawa Barat Rp 24,8 triliun atau 14,5%, Jawa Timur Rp 21,3 triliun atau 12,5%, Banten Rp 11,5 triliun atau 6,7%, dan Sumatra Selatan Rp 10,6 triliun atau 6,2%.