BKPM: Smelter Jadi Primadona Investasi di Semester II-2019
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, penanaman investasi untuk smelter menjadi primadona di semester II-2019, disusul dengan investasi pergudangan dan transportasi seiring dengan berkembangnya e-commerce.
Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Bidang Perencanaan Penanam Modal BKPM Ikmal Lukman dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, ia mengatakan, selain smelter, sektor pariwisata juga menjadi andalan ke depan. Sebabnya, kata Ikmal, sektor tersebut memberikan devisa ke Indonesia.
"Prioritas ke depan itu ada Danau Toba, Mandalika, Labuan Bajo, Kupang, dan Borobudur. Ini akan menjadi sektor utama," ujarnya. Pilihan Redaksi
Top! Investasi Triwulan II-2019 Tumbuh 13,7% ke Rp 200 T Pasca Jatuh 4 Kuartal, Penanaman Modal Asing Akhirnya Naik! Industri Manufaktur Makin Kacau, Investasi Belum Nendang
Ia menyebutkan, ada dua sisi dari pariwisata yang bisa dikembangkan, yakni menarik wisata, dan membangun infrastruktur. Dari sini lah, investasi untuk pariwisata akan diundang.
Ikmal mengklaim, sudah ada beberapa negara yang tertarik untuk berinvestasi di pariwisata Indonesia. Ia menyebutkan, ada Australia, Korea Selatan, dan beberapa datang dari China dan Eropa.
"Mereka sudah bersiap untuk masuk ke Indonesia. Curi start, tak mau ketinggalan," kata Ikmal.
Di sisi lain, ada beberapa tantangan untuk merealisasikan investasi tersebut. Ikmal menyebutkan, yang paling utama adalah bidang regulasi dan perijinan tanah, dan koordinasi.
"Memang kalau bicara regulasi, karena itu concern utama, kami pemerintah sudah mencoba, perizinan berusaha cara elektronik. Itu satu upaya kami agar mereka mau ke Indonesia," kata Ikmal.
Salah satu yang menjadi harapan, lanjutnya, adalah sistem single submission (OSS) yang memberikan kemudahan untuk memulai berusaha. "Saat ini memang masih dalam penyempurnaan, karena masih baru, dan menjadi tantangan untuk penyempurnaan," tuturnya.
Kendati demikian, Ikmal optimistis bahwa ke depannya investasi akan mencapai target, malah ia yakin pertumbuhannya bisa mencapai dua digit.
"Sekarang ini, semester II-2019, capaian sudah sekitar 49% atau Rp 792 triliun. Optimistis sekali bahwa investasi akan naik, karena periode berat sudah dilewati, yaitu pemilu. Kita punya komitmen EODB, sistem pelayanan perizinan elektronik, dan yang paling penting integrasi, sinergi antara pemerintah pusat, kementerian/lembaga, daerah dengan OSS ini. Semua ini akan simultan memberikan keyakinan," pungkas Ikmal.