REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Aneka Tambang (Antam) hendak membangun smelter untuk feronikel di Halmahera Timur. Proyek pembangunan smleter ini akan dikerjakan oleh konsorsium antara PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Kawasaki Heavy Industri.
Proyek senilai Rp 3,42 triliun ini nantinya ditargetkan selesai pada akhir 2018. Ketiganya sudah selesai melakukan studi kelayakan dan perencanaan. Awal tahun depan, Antam berharap konstruksi dapat dimulai.
Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman mengatakan pembangunan pabrik feronikel ini merupakan peningkatan nilai tambahan cadangan nikel. Hal ini harus dibentuk dengan penguatan hilirisasi dengan kegiatan pengolahan.
"Ini juga bisa menimbulkan multiplier effect (efek berkelanjutan) yang cukup besar untuk pembangunan wilayah di Indonesia timur," ujar Tedy di Kantor Kementerian BUMN, Rabu (21/12).
Pabrik feronikel milik perusahaan pelat merah ini akan dibangun dalam tiga fase. Fase pertama berkapasitas 13.500 ton. Nantinya dengan pembangunan hingga selesai pada fase ketiga, kapasitasnya menjadi tiga kali lipat.
Tedy mengakui pembangunan pabrik ini menelan biaya yang tak sedikit. Kerja sama dengan Wika dan Kawasaki saat ini hanya bisa menutup kebutuhan biaya untuk pembangunan fase pertama. Untuk fase kedua dan fase ketiga pihaknya masih mencari dana dan formula kerja sama.
"Ya, ini untuk tahap pertama saja, untuk tahap kedua dan ketiga tinggal investasi yang sama dikalikan dua. Itu kalau harga tidak berubah di tahun tahun selanjutnya," ujar Tedy.
Ke depan, yang terpenting adalah pembangunan smelter ini merupakan salah satu upaya Antam agar bisa menambah produksi dan menaati undang undang. Sehingga, ia berharap proyek strategis ini bisa segera selesai dan beroperasi.
"Pabrik Feronikel Haltim akan ditunjang dengan fasilitas produksi utama, yaitu Rotary Dryer berkapasitas 170 ton per jam, Rotary Klin kapasitas 165 ton per jam, Electric Smelting Furnace berkapasitas 60 MW serta peralatan penunjang lainnya," ujar Tedy.