Bangun Smelter Nikel di Sultra, Investor Ini Bawa Buruh dari China
Investor asal China, PT Virtue Dragon Nickel Industry, membangun pabrik pemurnian (smelter) nikel di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Pembangunan smelter di atas lahan seluas 500 hektare dengan nilai investasi 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 13,4 triliun (kurs Rp 13.400) ini menjadi ramai diperbincangkan karena kehadiran pekerja-pekerja asing asal China.
Terkait hal ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengakui bila sang investor sengaja membawa pekerja dari negara asalnya karena ada beberapa pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus. Kebetulan di Indonesia tak banyak yang memiliki keahlian khusus sesuai kebutuhan mereka.
"Nah ini Konawe, buruh China masuk, ya memang harus masuk, pegawai kita yang skill full enggak ada banyak," kata Luhut dalam konferensi pers di Gedung Bina Graha, Jakarta, Rabu (18/10).
Investor ingin pembangunan smelter selesai tepat waktu. Untuk mengejar target, mereka butuh pekerja dengan keahlian khusus dari China. Tapi buruh-buruh asing asal Negeri Tirai Bambu itu hanya akan bekerja dalam jangka waktu pendek saja di Indonesia, kurang dari 3 tahun. Kehadiran mereka hanya sementara, selanjutnya akan digantikan oleh pekerja lokal.
Sembari membangun smelter, investor China merekrut dan melatih pekerja lokal sehingga nantinya tenaga asing tak diperlukan lagi setelah 3 tahun. "Saya bilang, mereka harus jamin, mereka siapkan sekolah politikenik buat kita. Jadi selama 3 sampai 5 tahun ke depan jumlah pegawai asing bisa berkurang drastis," ucap Luhut. Ia menambahkan, Indonesia masih membutuhkan kehadiran investor asing karena pembangunan tak bisa mengandalkan uang negara semata. Maka investor asing harus dijaga, jangan sampai mereka keluar karena merasa tidak aman dan nyaman di Indonesia. Kalau ada masalah harus dicarikan solusi, bukan dihantam. "Kita enggak bisa semua pakai APBN. Jadi kita bikin rasa aman bagi orang yang mau investasi di Indonesia. Kita jangan bikin isu SARA (Suku Ras Agama Antar golongan) di sini. Ayo cari solusi. Kalau mereka buat salah, ya memang salah. Tapi jangan juga kita diam saja dan enggak kasih solusi," tutupnya.