Begini perkembangan proyek hilirisasi nikel Aneka Tambang (ANTM)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tambang mineral, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terus berupaya mengembangkan bisnisnya, terutama di sektor hilirisasi nikel.
Sebagai informasi, ANTM sebagai anak usaha holding pertambangan BUMN atau Mining Indonesia Industry (MIND ID) berkolaborasi dengan PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ketiganya membentuk holding Indonesia Battery untuk mengembangkan fasilitas produksi dan pengolahan baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan, rencana pengembangan rantai industri baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik di Indonesia merupakan inisiasi yang dibangun oleh pemerintah. Rencana tersebut untuk meningkatkan nilai tambah produk nikel nasional dan industrialisasi produk tambang hingga pembangunan ke sektor hilir.
Kehadiran holding tersebut juga merupakan langkah strategis yang sedang dipersiapkan untuk mewujudkan aspirasi pemerintah. “ANTM yang terkonsolidasi bersama MIND ID akan berupaya mendukung upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang lebih strategis,” ujar dia, Jumat (22/1).
Baca Juga: Produksi feronikel ANTAM (ANTM) mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2020
Selain itu, ANTM juga berpartisipasi dalam hilirisasi nikel melalui proyek pembangunan smelter feronikel di Halmahera Timur. Kunto menyebut, smelter feronikel Haltim line-1 yang dibangun ANTM memiliki kapasitas sebesar 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.
Sampai saat ini, ANTM telah menyelesaikan uji coba tanpa beban atau no load test terhadap pabrik tersebut dan telah mencapai kemajuan konstruksi sebesar 98%. Ketika beroperasi, pabrik feronikel Haltim akan menambah portofolio kapasitas produksi tahunan ANTM menjadi 40.500 TNi per tahun.
Hanya memang, proses pengerjaan smelter tersebut tidak mudah mengingat ANTM masih terkendala penyediaan tenaga listrik. Smelter feronikel ini membutuhkan pasokan listrik sebesar 75 MW.
Saat ini, ANTM masih berupaya menyelesaikan masalah penyediaan pembangkit listrik untuk smelter feronikel tersebut. Sayangnya, Kunto belum bisa membeberkan secara detail kapan waktu penyelesaian masalah tersebut.
“Perusahaan memastikan tata kelola dan pelaksanaan pemenuhan pembangkit listrik pabrik feronikel Haltim ditempuh melalui mekanisme dan metode yang paling cepat sesuai dengan praktik Good Corporate Governance (GCG) yang baik,” kata Kunto.