Benarkah Ada Banyak Pekerja China di Smelter Nikel Konawe?
Jakarta, CNBC Indonesia- Smelter nikel milik PT Virtue Dragon Nickel Industry yang berada di Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara sempat jadi perbincangan hangat awal tahun lalu. Sebabnya, pabrik pengolahan yang ada di Kawasan Industri Morosi itu disebut-sebut banyak mempekerjakan tenaga dari Tiongkok. Benarkah?
Komite Energi dan Industri Nasional (KEIN) melakukan pengawalan dalam pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral yang dibangun perusahaan asal China, PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dengan nilai investasi hingga US$ 4 miliar.
Anggota sekaligus Ketua Kelompok Kerja Sektor ESDM KEIN RI Zulnahar Usman menyebut pihaknya menerima informasi bahwa PT VDNI dibanjiri pekerja asing dari China. Namun, dari kunjungan yang telah dia lakukan, Zulnahar membantah hal itu.
"Dari hasil kunjungan KEIN, diketahui jumlah pekerja lokal jauh lebih banyak. Yakni, jumlah tenaga kerja lokal mencapai lebih dari 2.970 orang, sedangkan pekerja asing sejumlah 398 orang," kata Zulnahar dalam keterangan resminya, Senin (7/5/2018).
Pembangunan smelter PT VDNI dilakukan di Kawasan Industri Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Menurut Zulnahar, keberadaan pekerja asing dalam pembangunan smelter di Konawe masih sangat diperlukan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan smelter.
Terkait jaminan pasokan bahan baku bijih nikel untuk kebutuhan smelter, Zulnahar mengatakan PT VDNI akan memperolehnya dari perusahaan tambang lain di wilayah Sulawesi Tenggara, seperti dari Konawe Utara dan Konawe Selatan. Pasalnya, perusahaan ini hanya berinvestasi di sektor hilir, sehingga perlu komitmen pasokan dari penambang lokal di sektor hulu.
Atas hal itu, Zulnahar mengatakan KEIN mengapresiasi apa yang dikerjakan oleh PT VDNI. Sebab, meski perusahaan itu tidak memiliki konsesi tambang nikel, namun berani berinvestasi besar di sektor hilir.
PT VDNI berencana mengucurkan investasi dengan total nilai US$ 4 miliar untuk pembangunan fasilitas smelter nikel yang akan dilakukan dalam beberapa tahap. "Tahap pertama, perusahaan ini akan membangun 15 tungku kapasitas 600.000 ton nikel pig iron (NPI) per tahun dengan investasi US$ 1 miliar," tutur Zulnahar. (gus)