Biaya Produksi Semakin Berat, Semen Indonesia Lakukan Efisiensi
JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi pasar semen domestik masih membebani PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto mengakui persaingan industri semen menjadi tantangan tersendiri. Meski, konsumsi semen selama lima bulan terakhir naik 5,8 persen menjadi 72 juta ton, kapasitas terpasang industri semen mencapai 107 juta ton.
Selain terbebani oleh kelebihan pasokan, kenaikan harga batubara juga membuat industri semen mengalami kenaikan biaya produksi. (Baca: Harga Batubara Tembus 100 Dollar AS Per Ton) “Kenaikan harga batu bara juga mempengaruhi karena sebesar 30 persen cost manufacturing adalah untuk membeli bahan baku batubara," kata Agung.
Demi mengakali kondisi ini, SMGR giat melakukan efisiensi dengan membatasi jumlah pabrik yang beroperasi. "Makanya, kami mulai menghitung, hanya pabrik yang punya efisiensi tinggi yang kami gunakan," kata Agung. Ia tidak merinci jumlah pabrik yang tak dioperasikan demi efisiensi. Namun, dia memastikan Semen Indonesia terus memangkas ongkos operasional dan biaya pemasaran.
Bukan hanya itu SMGR juga melakukan efisiensi dalam supply chain. Dalam laporan keuangan SMGR kuartal I-2018, total biaya operasional SMGR turun dari Rp 1,04 triliun menjadi Rp 1,01 triliun. Agung optimistis, naiknya konsumsi semen masih membawa angin segar bagi industri dan perusahaan. Meski demikian, efisiensi masih terus dilakukan agar SMGR bisa membukukan kinerja positif pada semester II-2018.