Bidik Kenaikan Kinerja Keuangan, Vale Indonesia Optimalkan Efisiensi
JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akan mengandalkan efisiensi penggunaan bahan bakar untuk menjaga performa kinerja keuangan bisa positif ke depan. Efisiensi dilakukan dengan mengonversi bahan bakar minyak (BBM) menjadi batubara pada tanur perseroan.
Perseroan mencatatkan efisiensi senilai US$ 9,5 juta sepanjang semester I2017. Perolehan ini sejalan dengan keberhasilan perseroan mengonversi bahan bakar dari minyak menjadi batubara melalui tanur reduksi dan tanur pengering. Sedangkan realisasi efisiensi bahan bakar tahun lalu mencapai US$ 12 juta.
“Sebagai produsen tambang, kami tidak dapat mengatur harga nikel, karena semua berkaitan dengan harga minyak dan batubara. Namun, setidaknya perusahaan berupaya menekan biaya operasional dengan menjalankan strategi efisiensi," ungkap Direktur Vale Indonesia Febrianny Eddy di Jakarta, belum lama ini.
Dia mengatakan, perseroan akan melanjutkan uji coba tanur reduksi kedua yang diharapkan tuntas pada kuartal I2018. Penambahan tanur ini diharapkan membuat perseroan lebih efisien, sehingga membuat kinerja keuangan lebih baik ke depan. Namun demikian, pihaknya belum bersedia menyebutkan target efisiensi biaya tahun ini.
“Dengan pencapaian efisiensi hingga paruh pertama 2017, kami menyakini nilai efisiensi dari pengoperasian tanur reduksi dan pengering dapat menyamai atau melebihi pencapaian tahun lalu. Kendati, semua juga kembali lagi dengan kondisi harga batu bara dan minyak ke depan,” jelas dia.
Hingga semester I2017, perseroan mencatakan total pendapatan sebesar US$ 291,89 juta atau naik 18,24%, dibandingkan periode sama pada 2016 sebesar US$ 246,84 juta. Meski naik, rugi usaha perseroan justru meningkat sekitar 30,82% dari US$ 20,93 juta menjadi US$ 27,38 miliar. Hal ini mengakibatkan kenaikan rugi bersih perseroan dari US$ 20,04 juta menjadi US$ 21,48 juta.
Terkait kinerja keuangan ke depan, Febrianny menuturkan, pihaknya mengharapkan kenaikan harga jual nikel di pasar global. Kenaikan harga jual komoditas ditambah penurunan biaya produksi diharapkan berdampak terhadap kinerja keuangan perseroan ke depan
Tahun ini, Vale Indonesia menargetkan produksi sekitar 80 ribu ton nikel dalam matte, bandingkan dengan perolehan semester I2017 dengan produksi nikel menyentuh 37.331 ton dalam matte dan penjualan mencapai 37.144 ton dalam mattedengan harga ratarata US$ 6.731 per ton.
Dia menambahkan, perseroan juga telah memanfaatkan belanja modal (capital expendicture/capex) sebesar US$ 11,9 juta hingga semester I2017. Angka tersebut dinilai tergolong minim, dibandingkan total anggaran tahun ini sebesar US$ 8090 juta. “Kami memang baru menyerap capex dalam jumlah minim, karena ada beberap hal yang mesti diurus,” ungkap dia.
beritasatu.com - 13 Agustus Di tengah kondisi harga nikel dan kinerja yang kurang begitu baik, dia menegaskan, pihaknya selalu berupaya menjaga arus kas yang positif. “Seiring dengan hal itu, inisiatif penghematan biaya adalah upaya kami untuk mempertahankan daya saing se hingga tidak menghiraukan nilai utama perseroan,” tegas dia. (dka)