a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Bimbang Masuk Tambang

Bimbang Masuk Tambang
JAKARTA—Perbankan belum berani menaruh harapan besar terhadap sektor pertambangan mengingat gairah industri tersebut masih melemah menjelang tutup tahun ini.

Sejauh ini penyaluran kredit pertambangan dan penggalian tampak belum bergairah meskipun harga komoditas di sektor ini relatif membaik.

Berdasarkan data Bank Indonesia per Oktober 2016, kredit sektor pertambangan untuk modal kerja mencatatkan penurunan sebesar 27,2% menjadi Rp56,9 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp78,2 triliun.

Adapun, kredit investasi sektor pertambangan membukukan kenaikan 7,6%, dari periode sebelumnya Rp49,8 triliun menjadi Rp53,6 triliun.

Direktur Bisnis Menengah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Putrama Wahyu Setyawan menuturkan, banyak aspek yang perlu diwaspadai dalam penyaluran kredit ke sektor pertambangan, salah satunya perkembangan harga dan permintaan komoditas di bidang ini.

“Harapan kami dari sisi perbankan, kami harapkan kenaikan harga komoditas itu berlangsung sustain,” ucapnya kepada Bisnis, di Jakarta, Kamis (1/12).

Emiten berkode saham BBNI tersebut memandang sektor pertambangan di dalam negeri tetap prospektif, khususnya batu bara. Ke depan kinerja sektor ini diprediksi akan ditopang oleh proyek infrastruktur di bidang energi yang memanfaatkan komoditas itu.

Oleh karena itu, permintaan kredit di sektor pertambangan dinilai akan menggeliat. Namun, saat ini cenderung melambat lantaran kinerja kredit sedang kurang bergairah karena terpengaruh kondisi makro ekonomi.

Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk. Glen Glenardy mengutarakan, sejatinya perbankan masih menunggu dan menahan diri untuk menggenjot penyaluran kredit ke sektor pertambangan. Kendati ada indikasi kenaikan harga, tetapi kondisi ini dikhawatirkan hanya bersifat sementara alias temporer.

“Kondisi ini bersifat jangka pendek atau jangka panjang ya kami belum tahu juga. Tapi kami syukuri saja, setidaknya kinerja kredit di sektor ini agak mulai tertolong,” tutur dia.

Ekonomi PT Bank Central Asia Tbk. David Sumual setali tiga uang dengan bankir. Permintaan kredit di sektor pertambangan dan penggalian saat ini dinilai belum ada perbaikan signifikan. Sejumlah aspek krusial seperti rasio kredit bermasalah relatif masih tinggi.

“Korporat di sektor pertambangan pun sejauh ini masih mengutamakan dana-dana internal mereka, sehingga permintaan kredit masih relatif turun. Belum lagi NPL masih di kisaran di atas 6% jadi bank hati-hati salurkan kredit,” katanya kepada Bisnis.

David berpendapat, pada tahun depan prospek sektor pertambangan belum jauh beda dari 2016. Perusahaan di bidang pertambangan masih terus mengutamakan dana internal ketimbang mencari pendanaan dari bank. Selain itu, mereka juga belum agresif ekspansi bisnis.

Sementara itu, berdasarkan statistik perbankan Indonesia yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan, NPL sektor pertambangan secara umum belum membaik. Sampai dengan akhir September, NPL berada di level 7,4%.

Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan realisasi pada Agustus sebesar 8%. Namun, rasio ini terbilang masih bertinta merah karena menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan Januari tahun ini sebesar 5,6%.