a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Bos BPKM akui krisis Turki ganjal arus investasi RI

JAKARTA, kabarbisnis.com: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengaku mencemaskan gejolak ekonomi yang melanda Turki akan menular ke wilayah Asia Tenggara termasuk ke Indonesia. Bukan tidak mungkin , dampak gejolak ekonomi ini akan berpotensi kuat mengganjal arus investasi ke depan.Kepala BKPM Thomas T Lembong mengatakan, kekhawatiran didasarkan pada gejolak yang terjadi di pasar uang dan modal. .

Di Indonesia, gejolak tersebut telah membuat rupiah tersungkur ke level Rp 14.600 per dolar Amerika Serikat.Kendati kemungkinan bersifat jangka pendek, gejolak tersebut tetap harus diwaspadai. Pasalnya, gejolak tersebut bisa membuat investor menunda rencana investasi mereka..

"Selama investor belum yakin bahwa kurs rupiah sudah stabil, mereka akan tunggu terus untuk berinvestasi, sampai mereka yakin bahwa rupiah telah mencapai ekuilibrium baru," ujar Thomas kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/8/2018).Walaupun berpotensi mengalami gangguan, Thomas masih meyakini target investasi 2018 akan tercapai. Keyakinan didasarkan pada upaya pemerintah dalam meredam gejolak rupiah. .

Pemerintah saat ini mulai mengeluarkan kebijakan agar pelemahan rupiah bisa dibendung.Salah satu kebijakan, mendorong perluasan mandatory biodiesel ke sektor non Public Service Obligation (PSO) agar impor minyak bisa ditekan. Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif fiskal ke sektor industri yang berorientasi ekspor dan bisa memproduksi barang pengganti impor..

Thomas yakin dengan kondisi tersebut rupiah bisa stabil sehingga investasi bisa mengalir lancar."Dengan sisa waktu 5,5 bulan, ada waktu untuk mengejar target investasi 2018. Juga masih ada waktu mempersiapkan langkah guna menjaga realisasi 2019," katanya.Sampai dengan semester I 2018, target tersebut sudah tercapai Rp 361,6 triliun atau 47,3 %. Namun BKPM juga mencatat realisasi investasi kuartal II 2018 US$ 7,1 miliar atau turun dibandingkan kuartal I 2018 sekitar US$ 8,1 miliar. kbc11