Bukit Asam, Timah, dan Antam Siap 'Buyback' Saham Rp 500 Miliar
JAKARTA, investor.id – PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) siap membeli kembali (buyback) saham dengan anggaran hingga Rp 500 miliar. Periode buyback tiga BUMN pertambangan itu pada 17 Maret-16 Juni 2020.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Hadis Surya Palapa mengatakan, perseroan mengalokasikan dana Rp 300 miliar untuk buyback saham. PT Danareksa Sekuritas membantu perseroan dalam aksi ini. Pihaknya menilai, buyback saham mempunyai dampak minimal terhadap biaya perseroan.
“Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan buyback tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha dan pertumbuhan perseroan,” jelas Hadis dalam keterangan resmi, Senin (16/3).
Senada dengan itu, Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar Baswedan mengatakan, perseroan menganggarkan Rp 100 miliar untuk keperluan buyback. Alokasi berasal dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya per 30 September 2019 sebesar Rp 260,68 miliar. Danareksa Sekuritas juga turut menangani aksi buyback saham Timah.
Adapun Sekretaris Perusahaan Antam Kunto Hendrapawoko mengatakan, perseroan menyediakan hingga Rp 100 miliar untuk buyback saham. Perseroan menunjuk PT Mandiri Sekuritas sebagai broker dalam transaksi ini.
Kelompok emiten tambang ini menambah daftar emiten BUMN yang mengumumkan rencana buyback saham dalam merespons penurunan signifikan harga saham akibat dampak pandemi Virus Korona. Para emiten juga memanfaatkan pelonggaran relaksasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) demi meredam gejolak pasar saham.
Sebelumnya, PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menyiapkan dana hingga Rp 1,45 triliun untuk keperluan buyback saham selama periode tiga bulan ke depan.
Sedangkan di kelompok bank BUMN, emiten yang telah mengumunkan rencana buyback adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Perseroan akan melakukan buyback dengan mengalokasikan dana sebesar Rp 1,8 triliun. "Jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari jumlah saham yang disetor, dengan ketentuan paling sedikit 7,5% saham yang beredar," tulis manajemen BNI dalam keterangan resmi.
Pembelian saham akan dilakukan secara bertahap selama tiga bulan, terhitung 16 Maret 2020 sampai 15 Juni 2020. Biaya pembelian kembali saham berasal dari kas internal perseroan, tidak termasuk biaya pembelian kembali saham, komisi pedagang perantara serta biaya lain terkait pembelian kembali saham.
Dengan pembelian kembali saham menggunakan kas internal, aset dan ekuitas perseroan akan menurun Rp 1,8 triliun. Namun, hal tersebut tidak akan berdampak negatif terhadap kegiatan usaha, karena perseroan memiliki modal dan cash flow yang memadai untuk membiayai transaksi.
Selain BNI, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga berencana melakukan buyback dengan mengalokasikan dana sebesar Rp 3 triliun. Buyback akan dilakukan secara bertahap mulai dari 13 Maret 2020 hingga 12 Juni 2020.
Dengan demikian, 10 BUMN yang telah mengumumkan rencana buyback tersebut memiliki total anggaran hingga Rp 6,75 triliun. Kementerian BUMN sebelumnya menyatakaan telah melakukan pemetaan terhadap perunan harga saham BUMN yang terkoreksi dalam namun tidak sesuai dengan fundamental masing-masing emiten.
Prospek Saham
Pengoperasian smelter feronikel di Halmahera bersamaan dengan tren pertumbuhan harga jual produk akan membuat PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tetap bertumbuh, meskipun pemerintah melarang ekspor bijih nikel. Pertumbuhan juga akan didukung oleh ekspektasi peningkatan volume produksi komoditas emas, alumina, dan bauksit.
Dalam risetnya, Sinarmas Sekuritas memperkirakan kenaikan laba bersih Antam menjadi Rp 1,7 triliun pada 2020. Pendapatan juga diharapkan meningkat menjadi Rp 29,56 triliun. Perusahaan efek itu memberikan rekomendasi add dengan target harga Rp 970. Pada perdagangan kemarin, saham ANTM ditutup turun Rp 32 (6,6%) ke posisi Rp 446.