a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Cadangan Mineral Kunci RI Jadi Raja Baterai, Ini Tahapannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya mineral di mana berbagai jenis komoditas mineral ada di bumi pertiwi ini. Oleh karena itu, banyaknya sumber daya mineral ini menurutnya bisa menjadi kunci bagi Indonesia untuk membangun industri baterai lithium hingga mobil listrik.
Berbagai komoditas mineral seperti nikel, bauksit, tembaga, cobalt, mangan, aluminium ada di Tanah Air. Namun demikian, imbuhnya, itu semua baru bisa bernilai bila dilakukan pengolahan dan pemurnian menjadi logam dan produk jadi sebelum dijual.

"Nah ini komponen-komponen (baterai hingga mobil listrik) kita semua ada. Kita punya nickel ore, copper, bauxite, itu nanti jadi bagian industri electrical vehicle kita. Supply chain material logam dari hulu ke hilir ini lah mimpi kita, kita punya nilai tambah," tuturnya dalam acara INDY FEST 2020 pada Senin (19/10/2020).

Menurutnya, rencana pemerintah untuk hilirisasi industri mineral ini bukan lagi sekedar wacana. Dia menjelaskan, untuk pengolahan nikel, saat ini sudah sampai tahap pabrik stainless steel, bukan hanya menjual bijih nikel atau memproduksi feronikel atau Nickel Pig Iron (NPI).

Bahkan, beberapa perusahaan tengah membangun smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL). Produk hasil olahan smelter HPAL ini nanti bisa berupa Mix Hydroxide Precipitate (MHP) maupun Mix Sulphide Precipitate (MSP). Produk ini merupakan cikal bakal nickel sulphate atau cobalt sulphate yang menjadi bahan baku komponen baterai lithium. Bila pabrik baterai ini terbangun, maka nantinya pabrik mobil listrik juga akan berkembang.

Selain itu, lanjutnya, hilirisasi nikel ini juga tengah bergerak ke dalam proses pembuatan chemicals dan nickel alloy.

"Ini semua sedang jalan. Dulu kita mining saja, tidak ada value added, sekarang ada value added, teknologi kita dapat, pajak kita dapat, nilai tambah kita dapat dan seterusnya. Itu yang berpuluh-puluh tahun kita hilang. Presiden Jokowi meminta kita lakukan itu," tuturnya.

Begitu juga dengan bauksit. Menurutnya industri bauksit kini juga tengah diarahkan memproduksi primary ingot yang lantas bisa diolah lagi menjadi wire rod, billet, slab, dan alloy. Lalu dikembangkan lagi menjadi pabrik kabel, slug, dan pada akhirnya diharapkan bisa dibangun pabrik elektronika, pipa, foil, sampai ke badan pesawat terbang.

Dia mengatakan, saat ini smelter bauksit di Bintan tengah diarahkan untuk memproduksi wire rod dan billet. Saat ini bauksit baru sampai pada pengolahan di smelter grade alumina dan chemical grade alumina.

Menurutnya, hilirisasi bauksit ini penting karena nilai tambahnya mencapai lebih dari tiga kali lipat dibandingkan hanya memproduksi bauksit. Dia mengatakan, peningkatan nilai ekspor dari bauksit menjadi alumina bisa mencapai 3,95 kali, lalu alumina jadi aluminium ingot, peningkatan nilai ekspornya sebesar 2,8 kali.

Berdasarkan data yang dipaparkan, berikut volume dan nilai ekspor pada 2018:
- Bauksit:
volume 8,65 juta ton
nilai US$ 263 juta
harga per ton US$ 30 per ton.

- Alumina:
volume 3,46 juta ton
nilai US$ 1,038 miliar
harga per ton US$ 300 per ton.

- Aluminium ingot:
volume 1,73 juta ton
nilai us$ 2,94 miliar
harga per ton US$ 1.700 per ton.

"Jadi, kalau Anda berbisnis lihat lah angka-angka nilai tambah ini, dari bauksit ke alumina, lalu ke aluminium ingot," ujarnya.

Hal serupa pada smelter tembaga. Kini pemerintah juga mendorong perusahaan tambang tembaga, terutama PT Freeport Indonesia untuk membangun smelter tembaga yang mengolah konsentrat menjadi katoda. Bahkan, pemerintah menargetkan produk hilirisasi tembaga ini bisa sampai pada kabel, kabel listrik distribusi dan transmisi, peralatan rumah tangga, bahkan mobil listrik.

"Jadi, kamu yang muda harus berpikir ke depan, jangan bisnis yang seketika saja, harus bisnis yang ber-value added, sehingga kalau smelter tembaga dan nikel ini jalan, kita bisa buat handphone dan segala macam di Indonesia karena sudah masuk dalam global supply chain tadi," jelasnya.