Central Omega Resources akan membangun smelter Rp 7 triliun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) terus mengembangkan bisnisnya. Salah satu langkah ekspansi DKFT adalah membangun smelter kedua.
Kapasitas produksi smelter baru ini mencapai 250.000 metrik ton per tahun. "Nilai investasi sebesar Rp 7 triliun," ungkap Direktur DKFT, Feni Silviani Budiman, usai rapat umum pemegang saham (RUPS), Jumat (29/6).
Terkait sumber pendanaan investasi smelter ini, manajemen DKFT membuka opsi segala bentuk aksi korporasi, termasuk rights issue maupun penerbitan obligasi. Demi mendukung proyek smelter ini, DKFT juga berencana mencari investor baru.
Tapi Feni belum mau menyebutkan identitas investor yang tengah dijajaki. "Sudah ada beberapa yang didekati, namun perusahaan-perusahaan tersebut belum confirm," kata dia.
Kelak, sebanyak 30% pendanaan proyek smelter DKFT akan berasal dari kas internal, sementara sisanya berasal dari pendanaan eksternal.
Emiten perdagangan dan pertambangan ini menargetkan pembangunan smelter rampung pada akhir 2019. Saat ini, proses pembangunan tersebut sudah sampai pada pengesahan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
Pada 2016 lalu, DKFT tidak bisa mencatatkan pendapatan lantaran terbentur oleh peraturan pemerintah terkait ekspor nikel. Namun, sejak tahun lalu, operasional bisnis DKFT sudah bergulir dan mulai mencatatkan pendapatan sebesar Rp 56,33 miliar.
Di saat yang sama, smelter DKFT juga mulai beroperasi. Alhasil, manajemen bisa meraup pendapatan dari ekspor sehingga optimistis akan mencatatkan untung pada tahun ini. Sepanjang 2017, DKFT membukukan pendapatan senilai Rp 56,34 miliar. Namun emiten ini masih menderita kerugian Rp 33,58 miliar.
Pada 2018, DKFT memproyeksikan penjualan melonjak menjadi Rp 1,23 triliun dan laba bersih Rp 117 miliar. Target ini dengan asumsi nilai tukar rupiah Rp 14.000 per dollar AS dengan total volume penjualan bijih nikel 749.000 ton. Adapun penjualan dari smelter feronikel sebesar 50.000 ton.
Manajemen DKFT juga menargetkan produksi tahun ini sebanyak 1 juta ton. Hingga kini, DKFT baru mencatatkan produksi 300.000 ton. Namun pengelola DKFT optimistis bisa mencapai target itu.
Harga saham DKFT kemarin ditutup merosot 3,43% menjadi Rp 338 per saham. Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), harga DKFT sudah menyusut 14,21%.