Dampingi Jokowi, BKPM Jemput Investor dari Timur Tengah
Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM Farah Ratna Dewi Indriani mengatakan semakin banyak investor yang sepakat untuk mulai meningkatkan investasinya di Indonesia. Ini akibat kian membaiknya kebijakan pemerintah akhir-akhir ini guna mempercepat realisasi investasi.
"Hari ini baru saja, Kepala BKPM mewakili Bapak Presiden menerima sejumlah pimpinan perusahaan dan investor UEA," katanya, merujuk pada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Farah mengatakan Bahlil mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menerima sejumlah CEO dan investor di Emirates Palace Hotel, Abu Dhabi, Uni Emirate Arab, Minggu (12/1/2020). Investor itu mulai dari CEO Masdar Mohamad Jameel Al Ramahi, Direktur Pelaksana EGA Abdulla Jaseem bib Kalban, Chairman MD Lulu Yusuf Ali M.A, hingga CEO BRS Ventures Binay Shetty.
"Intinya investor lihat Pak Kepala BKPM ini gerakannya cepat. Inpres No. 7 2019 tiba-tiba sudah di tangan. Investor juga ditangani secara langsung. Hambatan-hambatan selesai. Ada optimisme," jelas Farah, sebagaimana tertuang dalam rilis yang diterima CNBC Indonesia.
Bahlil memang telah dijadwalkan untuk terbang ke Abu Dhabi pada Sabtu kemarin, mendampingi Presiden Joko Widodo yang melakukan kunjungan kenegaraan pada 12-13 Januari 2020.
Sebelumnya ia telah mengatakan bahwa kunjungan Presiden ini untuk menjemput investasi miliaran dolar Amerika dari UEA.
"Dengan adanya potensi investasi dari UEA ini, membuktikan investasi di Tanah Air sangat inklusif atau terbuka. Tidak benar kalau investasi kita hanya dari China saja atau dari Singapura saja. Dari negara mana saja, bahkan mau dari langit sekalipun asalkan tidak bertentangan dengan UU dan aturan yang ada, silahkan negara mana saja masuk berinvestasi," ujar Bahlil.
Lebih lanjut, Bahlil mengatakan kesempatan ini akan mengoptimalkan potensi investasi dari investor Timur Tengah. Sebab selama ini potensi kerjasama investasi antar kedua negara belum tergarap optimal.
Beberapa sektor yang telah didorong adalah proyek pembangunan kilang minyak (oil refinery), industri petrokimia, industri smelter aluminium dan pembiayaan investasi (Financial Investor / FI). Ini dikarenakan industri petrokimia akan menjadi tulang punggung negara, katanya.
"Bapak Presiden ingin agar kita (Indonesia) mengurangi ketergantungan impor minyak. Oleh karena itu, pemerintah mengejar pembangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR). Itulah salah satu kekuatan pengusaha Timur Tengah, makanya kami dorong BUMN maupun swasta kerjasama dengan mereka," jelasnya.
"Kemandirian sektor industri berperan penting mendukung target Indonesia menjadi negara maju pada 2045."