a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Defisit Tembaga Capai 330.000 Ton

Defisit Tembaga Capai 330.000 Ton
Bisnis.com, JAKARTA - International Copper Study Group atau ICSG dalam laporan terbarunya menunjukkan bahwa pasar tembaga global selama delapan bulan pertama tahun ini mencatatkan defisit pasokan sebanyak 330.000 ton.

Berdasarkan laporan tersebut, produksi tambang tembaga global pada Oktober turun 0,5% secara year on year. Lebih detail, produksi tembaga periode Oktober di negara penghasil tembaga terbesar di dunia, Chili, menurun 0,5% dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun lalu.

Penurunan tersebut diakibatkan oleh unjuk rasa besar-besaran di Chili yang mengganggu produksi dan jalur pengiriman tembaga baik melalui darat maupun pelabuhan.

Selain itu, output tambang tembaga Indonesia juga turun 51% karena transisi dua tambang utama negara itu ke zona bijih berbeda yang mengarah ke penurunan sementara terhadap tingkat produksi.

Di Republik Demokrat Kongo dan Zambia yang berhasil mencatatkan pertumbuhan produksi tembaga sebesar 13% pada 2018, kini terkoreksi 2% selama delapan bulan pertama tahun ini karena suspensi sementara terhadap beberapa tambang, pemangkasan produksi yang direncanakan, dan beberapa kendala operasional.

Kendati demikian, produksi tembaga meningkat di beberapa negara seperti Australia, China, Meksiko, Peru, dan AS.

Di sisi lain, Panama kini resmi bergabung dengan barisan negara-negara penambang tembaga dan berhasil memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pasokan global.

“Panama mulai menambang tembaga awal tahun ini, dengan commissioning tambang Cobre de Panama, dan merupakan kontributor terbesar untuk pertumbuhan produksi tambang dunia dalam delapan bulan pertama 2019,” tulis ICSG seperti dikutip dari laporannya, Selasa (26/11/2019).

Adapun, meski tembaga terbukti mengalami defisit pasokan, sepanjang tahun berjalan 2019 harga tembaga justru mencatatkan penurunan. Secara year to date, harga tembaga di bursa London bergerak melemah 1,81%%. Angka tersebut masih lebih rendah dari penurunan tembaga pada tahun lalu yang hampir sebesar 20%.

Harga tembaga kembali gagal untuk membuat penguatan pada tahun ini karena investor lebih berfokus terhadap sentimen pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan perang perdagangan AS-China membebani tingkat konsumsi dan menutupi prospek permintaan.

LEBIH BAIK PADA 2020

Namun, Kepala Analis Komoditas Citigroup China Tracy Liao mengatakan bahwa tembaga akan relaitf mengungguli komoditas logam lainnya pada tahun depan, sebagian karena hubungan AS dan China mulai membaik serta lingkungan makro yang mendukung.

“Kami melihat adanya kenaikan permintaan tembaga China sebesar 2% pada 2020 dibandingkan dengan kenaikan permintaan tahun ini hanya sebesar 1% seiring dengan belanja dan pembangunan infrastruktur yang lebih kuat,” ujar Tracy seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (26/11/2019).

Sementara itu, Li Zhicong, wakil GM di Minmetals Non-Ferrous, mengatakan bahwa energi terbarukan, kendaraan listrik, dan pemanfaatan jaringan sinyal 5G akan membawa dorongan besar untuk penggunaan tembaga dan secara efektif mengimbangi penurunan permintaan di sektor tradisional.

“Perkembangan kendaraan listrik yang cepat, termasuk stasiun pengisian daya baterai, akan meningkatkan permintaan tembaga global sebesar 1 juta ton pada tahun 2025, atau 4% dari total penggunaannya,” papar Li Zhicong.

Adapun, pada perdagangan Selasa (26/11/2019) hingga pukul 14.50 WIB, harga tembaga di bursa London menguat 0,14% menjadi US$5.880 per ton seiring dengan sinyal positif dari negosiasi perdagangan AS dan China yang membawa optimisime pasar kesepakatan parsial dagang akhirnya akan segera ditandatangani

Selain itu, penurunan tajam dalam stok yang tersedia di gudang London Metal Exchange (LME) juga mendorong harga temabaga untuk bergerak naik. Berdasarkan data LME, persediaan tembaga di gudang yang terdaftar LME telah turun 22% menjadi 127.850 ton, menjadi persediaan tembaga terendah sejak 14 Maret.