Demi dongkrak kinerja, Kapuas Prima Coal (ZINC) akan merilis obligasi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) berencana melakukan penggalanggan dana. Dari total US$ 120 juta dana yang dibutuhkan, sebagian akan dipenuhi dari penerbitan obligasi.
Direktur Kapuas Prima Coal Hendra Wiliam mengatakan, rencananya obligasi akan diterbitkan pada akhir November atau awal Desember 2018 dengan target serapan hingga Rp 600 miliar. Ia menjelaskan, dana hasil obligasi tersebut akan dialokasikan untuk sejumlah kebutuhan strategis perusahaan. Rinciannya, 40% untuk belanja modal atau capital expenditure (capex), 40% untuk eksplorasi, dan 20% untuk modal kerja. "Kami coba berbagai cara. Kami merasa penerbitan obligasi ini menjadi alternatif yang paling cepat untuk saat ini. Untuk kuponnya, kami masih matangin," kata Hendra, Rabu (26/9).
Perusahaan berkode saham ZINC ini membutuhkan dana untuk penambahan eksplorasi dan pembangunan smelter dalam waktu dekat ini. Mengingat Kapuas Prima telah mendapatkan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) seluas 1.129,25 hektare (ha). Sehingga dengan tambahan itu, perusahaan memiliki kawasan seluas 1.519,25 ha dari yang semula hanya 390 ha.
Penambahan flotasi baru itu direncanakan akan beroperasi penuh pada November-Desember 2018. Kapuas Prima memperkirakan dengan adanya penambahan tersebut, pertumbuhan produksi akan meningkat hingga 20-35% di pengujung tahun ini.
Hingga pertengahan September 2018, total ore yang dihasilkan sebesar 231.593,21 ton. Selama sisa tahun ini, Hendra bilang, ada total sekitar 25.000 ton konsentrat yang bisa dihasilkan.
Sementara dari sisi penjualan, sampai dengan semester I-2018 Kapuas Prima telah menjual timbal sebesar 8.848,45 dry metric ton (dmt), seng sebesar 16.983,43 dmt dan perak 8,07 dmt. Untuk periode Agustus-September 2018, penjualan yang dicatatkan perseroan sebesar 4.056,25 dmt untuk timbal, 9.134,72 dmt untuk seng, dan 3,70 dmt perak.
Penjualan itu 100% ditujukan ke China. Alasannya, kata Hendra, karena pasar dalam negeri belum bisa menyerap karena belum adanya smelter.
"Dalam negeri enggak ada yang bisa beli, karena belum ada yang punya smelter. Jadi smelter yang kami bangun itu akan menjadi yang pertama untuk timbal dan seng di Indonesia, jadi pada nantinya kita juga akan jual domestik," ujarnya.
Hendra mengungkapkan, pembangunan smelter untuk timbal telah selesai, namun belum bisa digunakan karena masih ada perijinan yang harus diselesaikan. "Smelter yang timbal sudah jadi, kami tinggal tunggu satu izin lagi dari Kemenetrian Perindustrian, tanpa izin itu belum boleh beroperasi, mungkin baru bisa (operasi) akhir tahun," imbuhnya.
Sedangkan penyelesaian untuk smelter seng ditargetkan akan selesai pada 2,5 tahun-3 tahun lagi. Soal kapasitas, smelter timbal bisa menerima 40.000 ton konsentrat per tahun. Sedangkan smelter seng memiliki kapasita 60.000 ton konsentrat per tahun.
Dari sisi kinerja keuangan, Kapuas Prima mencatatkan hasil yang positif. Hingga semester I-2018, perusahaan tambang ini mencatatakan penjualan sebesar Rp 372 miliar atau meningkat sebesar 141% dibandingkan dengan semester I tahun 2017. Sedangkan untuk laba komprehensif melompat 795% atau menjadi Rp. 82,7 miliar jika dibandingkan dengan laba pada periode sama di tahun lalu.
Hingga September 2018, pendapatan Kapuas Prima sebesar Rp. 530 miliar. Hingga akhir tahun nanti, Hendra optimistis, pendapatan bisa menembus Rp 850 miliar. Sedangkan pada tahun depan, Kapuas Prima Coal menargetkan pendapatan sebesar Rp 1,3 triliun.