Dibayangi Korona, Bisnis Jasa Angkutan Laut Berjalan Normal
Jakarta: Perusahaan jasa angkutan laut, PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) memastikan bisnis inti perseroan berjalan lancar di tengah kepungan virus korona atau covid-19. Perusahaan cepat tanggap dengan perencanaan kontinuitas sehingga bisnisnya berkesinambungan dan operasi tetap terjaga.
"Kesinambungan operasi tetap terjaga dengan terus melakukan tindakan pencegahan dan eksekusi strategi yang tepat untuk kelangsungan bisnis," kata Sekretaris Perusahaan Pelita Samudera Shipping Imelda Agustina Kiagoes dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu, 22 Maret 2020.
Adapun pada 2019 perusahaan berfokus pada ekspansi armada untuk memperluas pangsa pasar sehingga mampu membukukan total pendapatan usaha sebesar USD75,3 juta, lebih tinggi USD11,8 juta atau 19 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Perseroan berhasil meningkatkan tarif muatan apung dan pengangkutan menjadi USD2,49, dari USD1,90 per metrik ton di 2018 atau naik sebesar 31,2 persen.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Pendapatan muatan apung dan pengangkutan naik USD3,9 juta atau sebesar tujuh persen. Pendapatan sewa berjangka naik signifikan sebesar 304 persen menjadi USD9,9 juta dari USD2,4 juta di 2018," ungkapnya.
Di tahun yang sama, perseroan menambah empat unit kapal kargo curah atau motor vessel (MV) menjadi total enam unit. Penambahan armada tersebut untuk meningkatkan kapasitas kargo dari 63,0 ribu DWT menjadi 237,5 ribu DWT atau meningkat 277 persen dari 2018.
Selain itu, Pelita Samudera Shipping menambah tiga unit kapal tunda dan tongkang atau tug and burges (TNB) sehingga total ada sebanyak 87 unit termasuk tiga unit fasilitas muatan apung(FLF). Total kapasitas pengangkutan menjadi 546,1 ribu metrik ton, meningkat sebesar 55 persen dari 352,5 ribu metrik ton di 2018.
"Di tengah tantangan harga batu bara thermal, total volume pengangkutan berhasil mencapai 96 persen dari target 2019 atau sebesar 30,2 juta metrik ton. Kenaikan terbesar dari segmen MV sebesar 277 persen menjadi 1,1 juta metrik ton dari 280,2 ribu metrik ton di 2018," jelas Imelda.
Sejalan dengan penambahan armada, biaya operasional mengalami peningkatan termasuk konsumsi bahan bakar, suku cadang, dan biaya kru kapal. Namun, berkat pengendalian biaya yang berkelanjutan, margin laba bruto sebesar 25 persen berhasil dicapai. Kenaikan laba bruto sebesar USD2,8 juta menjadi USD19,1 juta dari USD16,3 juta di 2018 atau naik sebesar 17 persen.
Perseroan membelanjakan USD50,1 juta dari target anggaran belanja modal 2019 sebesar USD61,3 juta. Realisasi capex sebesar 82 persen sebagian besar untuk pembelian empat unit MV, 1 unit tug boat, dan dua unit tongkang termasuk perbaikan dan pemeliharaan kapal (docking).
"Peningkatan aset sebesar 30 persen menjadi USD143,2 juta dari USD110,1 juta di 2018. Ekspansi armada kapal sebagian besar menggunakan kas internal di samping pinjaman bank," urai dia.
Segmen TNB menyumbang 51 persen dari total EBITDA diikuti FLF 30 persen dan MV 19 persen. Komposisi kontrak jangka panjang FLF mencapai 91 persen, TNB 74 persen dengan sembilan persen dan 26 persen spot basis.
"Dari total enam unit MV, tiga unit mendapatkan kontrak jangka panjang sewa berjangka untuk pengangkutan batu bara dan komoditas lain di nikel, klinker, dan produk besi. Perseroan akan terus mengeksplor target diversifikasi bisnis di luar komoditas batu bara termasuk segmen MV dan TNB," ucap Imelda.
Di luar pendapatan lain-lain, perseroan mencetak laba bersih sebesar USD11,3 juta atau naik 44 persen dari USD7,9 juta di 2018. Pendapatan lain-lain di 2018 terdapat keuntungan penjualan satu unit FLF sebesar USD7,6 juta.
Pasca divestasi satu unit FLF berhasil menaikkan utilisasi tiga FLF yang lain di 2019. Total laba bersih tahun berjalan sebesar USD13,3 juta. Dengan peningkatan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan efisiensi serta strategi ekspansi armada, pencapaian margin laba bersih sebesar 18 persen.
Struktur permodalan terjaga dengan baik, rasio utang terhadap aset dan rasio uutang terhadap ekuitas sebesar 28 persen dan 45 persen per 31 Desember 2019, meningkat dari tahun sebelumnya dengan adanya pinjaman bank yang sebagian besar untuk ekspansi armada kapal.
"Jumlah ekuitas meningkat sebesar 23 persen menjadi USD88,6 juta dari USD71,7 juta di 2018 dengan kenaikan saldo laba (retained earnings) sebesar USD10,8 juta atau 48 persen dan tambahan modal disetor sebesar USD3,3 juta atau 143 persen," pungkasnya.