Divestasi molor, kinerja Vale Indonesia (INCO) tak terpengaruh
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona telah menghambat roda ekonomi. Termasuk proses divestasi 20% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Perusahaan yang bergerak pada sektor produksi dan pengolahan nikel ini terpaksa menunda proses divestasi 20% saham imbas persebaran virus corona.
Semula 20% saham INCO akan dibeli oleh holding pertambangan BUMN, Mining Industry Indonesia (MIND ID). Adapun INCO dan MIND ID telah menyetujui perpanjangan tenggat waktu penandatanganan perjanjian-perjanjian definitif hingga akhir Mei 2020.
Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan melihat molornya divestasi tersebut cenderung lebih menghambat pada sisi produksi INCO semata. Sementara untuk kinerja, molornya divestasi tidak akan membuat kinerja INCO pada tahun ini terganggu.
“Mundurnya divestasi hingga Mei 2020 memberikan efek jangka pendek terkait pendanaan untuk ekspansi di 2020. Jika ekspansi INCO mundur dari 2020, maka saya memprediksi produksi nikel tidak akan banyak bertambah signifikan di tahun 2020,” ujar Meilki kepada Kontan.co.id, Rabu (8/4).
Baca Juga: Divestasi Saham INCO Tertunda Lagi
Dengan asumsi INCO gagal ekspansi pada tahun 2020, Meilki memproyeksikan INCO pada tahun ini akan mampu memproduksi nikel dalam matte sebanyak 74.025 metrik ton. Angka tersebut sedikit meningkat dari capaian 2019 yang sebanyak 71.025 metrik ton.
Sementara terkait dampak dari persebaran virus corona, Meilki menilai INCO relatif tidak terkena dampak signifikan kendati banyak tambang di China yang ditutup. Ini karena produk nikel INCO hanya dikirimkan ke VCL di Kanada dan Sumitomo Mining di Jepang dengan perjanjian kontrak terlebih dahulu.
Akan tetapi, Meilki menambahkan dampak yang mungkin terjadi pada kinerja INCO adalah harga nikel yang terus mengalami penurunan. Meilki menyebut, secara year to date (ytd) harga nikel sudah turun 19,5% dan ini tentu menjadi sentimen negatif bagi INCO.
“Jika kondisi pandemi virus corona masih berjalan setelah bulan Mei, maka ada potensi nilai penjualan nikel INCO bisa terus menurun akibat harga jual yang semakin melemah,” tambah Meilki.
Namun, Meilki menjelaskan sepanjang 2020, fundamental INCO masih positif. Hal ini berdasarkan target INCO yang tidak akan menurunkan level produksi. “Dengan perkiraan skenario yang optimis bahwa kondisi virus corona akan berakhir di Mei, ada potensi bisnis INCO akan berjalan normal kembali hingga akhir tahun. Saya estimasikan INCO mampu mencetak pendapatan sebesar US$ 810 juta dengan laba bersih di US$ 81 juta,” pungkas Meilki.
Oleh sebab itu, Meilki merekomendasikan untuk membeli saham INCO dengan target harga Rp 2.000 per saham. Adapun harga saham INCO pada Rabu (9/4) turun 4,33% ke Rp 2.210 per saham.