Duh, Harga Nikel Melemah Pasca-Babak Baru Sektor Tambang
JAKARTA – Di tengah-tengah sentimen positif yang sedang membayangi harga komoditas dan mineral secara global, pemerintah Indonesia tidak tinggal diam saja. Saat prospek harga mulai membaik dan beberapa kalangan sudah mengonfirmasikan bahwa perbaikan harga ini masih akan berlanjut, mengawali tahun ini, Presiden Joko Widodo mengambil langkah yang cukup mengejutkan pasar dengan merelaksasi aturan ekspor mineral.
Bagi pemerintah langkah penting ini diambil setelah melihat dan menerima masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Relaksasi ini diharapkan mampu memberikan rasa keadilan untuk semua pihak baik bagi perusahaan tambang Indonesia yang sudah memiliki teknologi yang maju maupun bagi perusahaan tambang asing yang beroperasi di Indonesia, demikian ungkapan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Archandra Tahar dalam satu pertemuan baru-baru ini di Jakarta.
Dalam aturan baru tersebut pemerintah tetap konsisten meminta perusahaan tambang untuk membangun smelter di tanah air, makanya kuota ekspor masing-masing perusahaan akan sangat tergantung pada kemajuan pembangunan smelter. Melalui aturan baru ini, pemerintah juga secara tegas mengatakan akan memantau perkembangan pembangunan smelter yakni dalam masa 5 tahun smelter sudah harus selesai, setiap enam bulan pemerintah akan meminta laporan pembangunan smelter tersebut.
''Apa yang dilakukan pemerintah saat ini cukup beralasan, pemerintah paham kalau perusahaan perlu uang untuk membangun smelter makanya izin ekspor di buka kembali, namun dengan tetap meminta laporan kemajuan pembangunan smelter,'' kata Analis Bahana Securities Andrew Franklin Hotama. ''Untuk jangka panjang aturan ini akan membawa dampak positif bagi industri pengolahan dan pemurnian mineral Indonesia''.
Pemerintah menetapkan target kuota export untuk nikel maksimum sebesar 7,8 Wet Metric Ton (WMT), dengan dibukanya kembali keran ekspor maka sisi produksi diperkirakan akan melebihi permintaan, akibatnya, harga nikel ambruk hingga di bawah USD 10,000 per ton atau 16,8% di bawah harga tertinggi sepanjang 2016, yang sempat menyentuh level USD 11,589 per ton.
Faktor lain yang mempengaruhi harga nikel dunia adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah Filipina yang menghentikan kegiatan tambang 20 perusahaan karena isu lingkungan hidup. Saat ini 13 perusahaan sudah menempuh jalur hukum dan sedang naik banding sedangkan 7 perusahaan lainnya sudah tidak lagi memiliki izin tambang. Berdasarkan laporan media lokal di Filipina, kemungkinan jumlah perusahaan yang akan ditarik izin tambangnya masih akan bertambah lagi di sepanjang tahun ini.
Bila itu terjadi, Bahana memperkirakan harga nikel akan menguat kembali ke kisaran USD 11,000/ton. Dengan berbagai faktor ini, Bahana menurunkan proyeksi harga nikel ke kisaran USD 9,500 per ton dari proyeksi harga sebelumnya sekitar USD 12,500 per ton.
Akibatnya, Bahana juga merevisi proyeksi untuk saham Vale Indonesia yang berkode INCO dari yang sebelumnya Buy menjadi Reduce dengan target price Rp 2.040, meski sebenarnya sudah ada perbaikan yang sedang dilakukan oleh INCO yakni efisiensi untuk mengurangi biaya produksi dengan menggunakan bahan bakar batu bara dari yang sebelumnya menggunakan bahan bakar minyak.
Aneka Tambang akan menikmati keuntungan dengan aturan baru yang dikeluarkan pemerintah, pasalnya Perusahaan yang biasanya disapa Antam ini, memiliki stok nikel dan bauksit dengan kadar rendah. Bahana memperkirakan perusahaan berkode saham ANTM ini bakal bisa melakukan ekspor lebih dari 1 juta WMT per tahun, sehingga perusahaan akan mengantongi tambahan keuntungan sekitar Rp320 miliar. Dengan adanya tambahan profit ini, Bahana sedang berhitung kembali untuk target price ANTM yang saat ini sebesar Rp830
Tak ketinggalan AKR Corporindo juga bakal memetik keuntungan dari menggeliatnya kembali kegiatan ekspor mineral di Indonesia, karena perusahaan yang menguasai distribusi dan perdagangan bahan bakar minyak bagi industri ini akan kebanjiran order. Bahana merekomendasikan beli untuk kode saham AKRA ini dengan target price Rp8.000