KONTAN.CO.ID - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya menargetkan empat smelter yang akan dibangun pada tahun ini. Target itu juga merupakan sisa dari pembangunan smelter yang belum selesai pada tahun 2016.
Adapun pada tahun lalu, ada dua pembangunan smelter yang belum selesai. Maka, untuk dua unit smelter itu diselesaikan pada 2017.
Mengacu data Kementerian ESDM, empat smelter itu yakni smelter pasir besi yang menghasilkan Cold Bricket Iron yang akan dibangun PT Sumber Baja Prima. Smelter yang berlokasi di Sukabumi itu berkapasitas 36.367 ton per tahun dan sudah selesai pada Maret 2017.
Kedua, smelter seng yang menghasilkan Bullion Lead yang akan dibangun PT Kapuas Prima Coal di Kalimantan Tengah. Smelter berkapasitas 30.000 ton per tahun.
Ketiga, smelter nikel yang akan menghasilkan Nikel Pig Iron yang dibangun bersama oleh COR Industri Indonesia, konsorsium PT Mulia Paicifik Resources, PT Itamatra Nusantara dan PT Bumi Konawe Abadi. Progres smelter di Morowali Utara dengan kapasitas 92.400 ton per tahun itu sudah 92%.
Keempat, smelter NPI yang dibangun PT Bintang Smelter Indonesia di Konawe Selatan,Sulawesi Tenggara berkapasitas 575.000 ton per tahun. Saat ini progres pembangunannya sudah 75%.
"Untuk sisa dua target smelter di tahun 2016 akan selesai pada tahun 2017 dan akan tetap dihitung sebagai kinerja untuk tahun 2016," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono di Kantor Kementerian ESDM, Senin (28/8).
Asal tahu saja, saat ini baru ada 19 smelter yang sudah rampung, yakni 13 smelter nikel dan sisanya komditas lainnya seperti, bijih besi, mangan, tembaga, alumina. "Kebanyakan nikel. Karena bisa ditebak, untuk bauksit itu hanya CGA (PT Indonesia Chemical Alumina)," tandasnya.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, Bambang Susigit menambahkan untuk PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang berencana membangun smelter di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengajukan rencana kerja pembangunan smelter dan sedang dievaluasi oleh verifikator independent yaitu PT Sucofindo dan PT Rekayasa Industri (Rekind).
"Rencana melalui administrasinya sudah, seperti feasibility study pembangunan smelter, teknologi yang mau digunakan ada komponen biaya dan alokasinya," paparnya.
Sementara untuk Freeport Indonesia juga sudah mengajukan tim verifikator independent. Namun, sampai saat ini evaluasinya belum diterima oleh Kementerian ESDM.