JAKARTA – Sejumlah emiten logam nasional mengebut ekspansi bisnisnya pada tahun ini, merespons harga komoditas dunia yang meningkat, sekaligus untuk memenuhi permintaan pasar yang terus tumbuh.
Berdasarkan rekapitulasi Bisnis.com, sedikitnya 8 emiten logam nasional menyebut akan memulai proyek ekspansinya. Beberapa dari perusahaan tersebut juga telah menempuh penambahan dana melalui rights issue, di mana dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi.
PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) bersiap mendapat suntikan dana baru melalui skema divestasi yang harus dilakukan perseroan untuk memenuhi regulasi pemerintah sekaligus tertera dalam ketentuan dalam kontrak karya.
Tahun ini, INCO mematok target produksi nikel matte 74.000—76.000 ton. Volume tersebut merupakan pencapaian maksimal INCO mengingat salah satu pembangkit listrik perseroan akan dihentikan sementara untuk peremajaan.
Selain itu, perusahaan pun tengah menyiapkan joint venture (JV). Untuk eksplorasi dan sejumlah studi ekspansi, pada tahun ini perseroan menyiapkan belanja modal hingga US$200 juta.
“Itu mencakup sustaining capital dan proyek peningkatan kapasitas di smelter Sorowako, serta pengerjaan awal proyek Bahadopi dan Pomalaa,” ungkap Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy kepada Bisnis.com.
Manfaatkan Momentum
Merespons ekspansi agresif emiten pertambangan logam pada tahun ini, kalangan analis menilai perusahaan-perusahaan tersebut tengah menangkap peluang dari kenaikan harga komoditas global.
Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menyampaikan sejumlah komoditas seperti emas, timah, dan nikel tengah menunjukkan pergerakan harga positif, dan diprediksi terus berlanjut positif sepanjang tahun ini.
“Selain itu, serangkaian rencana ekspansi bisnis perusahaan juga memegang peranan penting, untuk meningkatkan kapasitas produksi masing-masing emiten tersebut,” ungkap Robertus saat dikonfirmasi, akhir pekan lalu.