Ekspansi Peleburan Aluminium Inalum dalam Tahap Studi Kelayakan
Bisnis.com, TOBA SAMOSIR - Ekspansi fasilitas peleburan atau smelter aluminium PT Inalum (Persero) di Kalimantan Utara kini tengah dalam tahap studi kelayakan (feasibility study).
CEO Holding Industri Pertambangan (Mining Industry Indonesia/MIND ID) Orias Petrus Moedak mengatakan masih perlu dipastikan pihak yang akan membangun fasilitas penunjang utama berupa pembangkit listrik.
"Masih dibahas siapa yang akan bangun pembangkitnya. Apakah kami, PLN atau siapa? Yang pasti kami [bangun] di smelter aluminiumnya," kata Orias, Minggu malam (5/1/2020).
Menurutnya, air dari aliran Sungai Kayan dan Sungai Mentarang di Kalimantan Utara memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Potensinya bisa mencapai 1.800 megawatt (MW) hingga 10 gigawatt (GW). Baca juga: Tambah Kapasitas dan Tekan Ongkos Listrik, Inalum Modernisasi Tungku Peleburan
Potensi tersebut mampu mencukupi kebutuhan listrik smelter aluminium yang direncanakan memiliki kapasitas 500.000 ton per tahun.
"Sudah dilakukan kajian di dua sungai utama, Kayan dan Mentarang. Itu cukup, tapi kan yang bangun pertama akan mahal menanggung infrastruktur. Ini siapa dulu yang masuk ke sana, kami akan lihat kebijakan pemerintah bagaimana," kata Orias.
Menurut catatan Bisnis, rencana pembangunan smelter aluminium dengan kapasitas 500.000 ton per tahun tersebut memerlukan listrik 767 MW dan gas 3.341 MMBTu per hari. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, rencananya akan dibangun PLTA dengan kapasitas 850-1700 MW.
Direktur Pelaksana Inalum Oggy A. Kosasih menambahkan bila ekspansi tersebut terealisasi, kebutuhan aluminium dalam negeri akan tercukupi dan Indonesia tak perlu impor.
"Kita masih kurang banyak, sekitar 350.000 ton dan itu impor. Kalau bisa mendirikan smelter dengan kapasitas 500.000 ton, langsung tercukupi kebutuhan dalam negeri," tuturnya.