Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan PT Timah Indonesia Tbk dan sejumlah produsen timah Indonesia lain dalam mengurangi produksi dan ekspor timahnya, berpotensi membuat laju ekspor komoditas tersebut terus terkoreksi hingga akhir tahun.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) Jabin Sufianto mengatakan kebijakan para produsen timah tersebut secara jangka pendek akan membuat kinerja ekspor timah Indonesia secara total menurun dari tahun lalu. Namun demikian, hal itu menurutnya dibutuhkan untuk menjaga agar harga timah global tidak melanjutkan pelemahannya.
“Sejauh ini kebijakan pengurangan produksi dan ekspor, terutama dari PT Timah cukup efektif. Harga timah di pasar global saat ini tidak berlanjut turun, atau tertahan pada level saat ini. Kondisi ini baik menurut kami, di tengah tingginya tekanan dari perang dagang AS dan China,” katanya, ketika dihubungi Bisnis.com, Rabu (23/10/2019).
Dia memprediksi volume ekspor timah Indonesia secara total pada tahun ini akan mencapai 60.000 ton atau turun dari capaian tahun lalu sebesar 72.000 ton. Di sisi lain, dengan level harga timah sepanjang tahun ini yang berkisar pada level US$15.000/ton-US$20.000/ton, nilai ekspor timah juga diperkirakannya bakal turun dari tahun lalu.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor timah sepanjang Januari-September 2019 turun 22,77% secara tahunan menjadi US$1,01 miliar.
“Namun demikian, harga yang timah yang terbentuk saat ini sudah berada di level yang wajar. Sebab dua produsen timah besar dunia yakni PT Timah dan Yunan Tin sudah memutuskan mengurangi produksi dan ekspornya danharga tidak berubah banyak. Artinya memang permintaan global sedang turun,” katanya
Adapun, Direktur Utama PT Timah Riza Pahlevi mengatakan perusahaanya kembali melakukan pengurangan volume ekspor timah mulai Juli 2019 sebesar 1.000 ton-1.500 ton per bulan. Hal itu membuat total pemotongan volume ekspor yang dilakukan PT Timah sepanjang tahun ini mencapai 2.000 ton-2.500 ton per bulan.
Menurutnya, langkah tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terus turunnya harga timah global. Indonesia sebagai salah satu produsen timah dunia, dinilai memiliki peran yang sangat penting untuk mengendalikan harga komoditas tersebut.
“Ada pengurangan produksi pabrik di China, akibat perang dagang dengan AS yang berkepanjangan. Otomatis permintaan timah berkurang, sehingga kami menilai perlu adanya penyesuaian dalam hal volume ekspor,” katanya.
Terpisah, Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan pengurangan volume ekspor timah memang akan memengaruhi kinerja perdagangan Indonesia. Namun, langkah itu dinilainya perlu untuk menjaga keberlangsungan industri tersebut dari terus anjloknya harga timah global.
“Sejak tahun lalu, kita sudah menunjukkan kepada dunia, bahwa kita punya pengaruh dalam menentukan harga timah melalui pasokan dari negara kita. Untuk itu, langkah-langkah pengendalian volume ekspor timah menjadi sangat penting untuk memperkuat posisi kita sebagai price maker dan mengendalikan harga timah,” katanya.
Dia pun meyakini harga dan kinerja ekspor timah akan kembali membaik apabila perang dagang AS dan China mereda.