Ekspor Timah Indonesia Alami Kebocoran 1.500 ton per tahun
KABARBANGKA.COM — Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) mensinyalir, ada kebocoran ekspor timah domestik sebesar 1.000 Ton hingga 1.500 Ton tiap tahun.
Menurut Jabin Sufianto, Ketua Umum AETI ( Asosiasi Eksportir Timah Indonesia ), pihaknya mengakui belum memiliki data akurat jalur gelap ekspor timah di Indonesia. Namun, kecurigaan tersebut bersumber dari data ekspor domestik yang belum sesuai dengan data impor milik negara lain.
Misalnya saja negara Malaysia yang mengakui, bahwa mereka masih menerima pasokan pasir timah dari Indonesia. Sementara itu data pada tahun 2015, China juga merilis data impor pasir timah dari Indonesia sebesar 19,5 ton. Padahal, Pemerintah sejak tahun 2007, ekspor jenis pasir timah sudah resmi dilarang.
Oleh sebab itu, Jabin menyarankan pemerintah untuk merevisi peraturan ekspor mineral. “Sayangnya hanya diatur dagangnya melalui ICDX. Tapi tidak dicek apakah pengiriman apakah sesuai dengan nilai ekspor yang tercantum,” jelasnya.
Jabin juga merekomendasikan pemerintah untuk mengatur perdagangan produk turunan timah, bukan hanya jenis pasir timah.
Ia bilang, fokus dari tim audit smelter itu intinya mengetahui kapasitas terpasang smelter dengan ekspor yang dilakukan. Kemudian mengetahui siapa saja pemasok smelter tersebut. “Dugaan kebocoran atau detilnya nanti akan diumumkan oleh Irjen sendiri. Sementara hasilnya sudah final dan dilaporkan oleh tim,” tandasnya.
Disaat yang sama, Jabin menambahkan, dengan adanya audit smelter ini menurut data yang ada, terdapat indikasi kebocoran ekspor sekitar 19,5 juta ton sampai akhir 2015 dari perusahaan pemilik smelter yang tidak mengantongi izin ekspor dari pemerintah.
Data tersebut jauh lebih besar dari ekspor resmi yang ada di Kementerian Perdagangan (Kemdag) yaitu 70.000 ton tambang timah di tahun 2015. “Para member di Bangka semarak melakukan penyelundupan hasil tambang melalui ekspor. Dan angka yang ada di tahun 2015 saja mencapai 19,5 juta ton,” seperti dilansir di laman KONTAN, Senin, 09/05.
Ia katakan, data tersebut di dapat dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan China yang sejauh ini mengaku masih mendapatkan ekspor dari Indonesia melalui penambang timah di Bangka. Sayangnya, Jabin enggan menyebut nama-nama perusahaan tersebut.
“Audit yang pemerintah lakukan sekarang kan lebih ke kapasitas smelter saja, indikasi kebocoran ekspor lebih banyak melalui perusahaan yang tidak memiliki izin ekspor,” tandasnya.
Kemudian berdasarkan data yang berhasil dihimpun, lokasi cadangan mineral timah, milik PT Timah tak hanya di darat.
Hingga akhir Desember tahun 2016, mereka memiliki total cadangan timah mencapai 335.909 ton. Sebanyak 264.806 ton atau sekitar 79% di antaranya berada di laut. Sisanya, sebanyak 71.103 ton timah berada di darat.