Freeport Buka Area Tambahan Tambang Terbuka di Grasberg
Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang kuartal II/2019, PT Freeport Indonesia (PTFI) membuka area tambahan di tambang terbuka Grasberg untuk memperpanjang proses penambangan di sana.
Mengutip laporan yang dirilis Freeport-McMoRan Inc., penambahan area tersebut membuat opsi penambangan di tambang terbuka Grasberg bisa berlanjut hingga kuartal III/2019 atau bahkan lebih lama lagi. Pada proyeksi awal, penambangan di tambang terbuka tersebut akan berakhir pada Juni 2019.
Adapun perubahan jadwal penambangan di tambang terbuka tersebut menunda akses terhadap bijih dengan kadar tinggi yang diperkirakan sebelumnya bisa dilakukan pada kuartal II/2019. Dengan demikian produksi tembaga pada kuartal tersebut lebih rendah dari proyeksi pada April 2019.
"Revisi rencana penambangan di tambang terbuka Grasberg diharapkan dapat memberikan peluang lebih tingginya produksi untuk tahun ini dibandingkan dengan proyeksi pada April 2019," mengutip manajemen Freeport dalam laporannya, Rabu (3/7/2019).
Pihak PTFI akan terus memantu kondisi geoteknis untuk menentukan tingkat penambangan di tambang terbuka Grasberg. Adapun material yang tidak sempat ditambang di sana bisa ditambang melalui tambang bawah tanah Grasberg Block Cave.
Terkait Grasberg Block Cave, ekstraksi bijih pada blok tersebut meningkat sepanjang kuartal II/2019. Jika, pada kuartal I/2019 rata-ratanya sebanyak 5.000 metrik ton bijih per hari, maka pada kuartal II/2019 ekstraksinya menjadi 9.000 metrik ton per hari.
Produksi bijih dari Grasberg Block Cave diperkirakan akan terus meningkat menjadi 15.000 metrik ton per hari pada akhir tahun ini.
Untuk tahun depan, produksinya diperkirakan bisa mencapai 30.000 metrik ton bijih per hari dan akan terus ditingkatkan menjadi 130.000 metrik ton bijih per hari pada 2023.
Dari Grasberg Block Cave, perusahaan berharap bisa menghasilkan tambahan 17 miliar pon tembaga dan 14 juta ounce emas. Hal tersebut sekaligus menjadikan Grasberg Block Cave sebagai salah satu deposit tembaga dan emas terbesar dunia.
Untuk blok tambang bawah tanah lainnya, Deep Mill Level Zone (DMLZ), produksi bijih pada kuartal II/2019 tercatat sekitar 9.000 metrik ton per hari. Jumlah tersebut naik dari rata-rata produksi pada kuartal I/2019 sebanyak 6.800 metrik ton per hari.
Tambang tersebut diperkirakan akan mencapai tingkat produksi sebanyak 11.000 metrik ton bijih per hari pada akhir 2019. Untuk tahun depan, produksinya akan meningkat jadi 28.000 ton bijih per hari dan mencapai 80.000 ton bijih per hari pada 2022.
Dari tambang tersebut, diharapkan akan ada tambahan 8 miliar pon tembaga dan 8 juta ounce emas selama masa hidupnya.
Adapun berdasarkan laporan kinerja kuartal I/2019 Freeport-McMoRan, produksi tembaga perusahaan yang beroperasi di Papua tersebut hanya mencapai 145 juta pon.
Jumlah tersebut anjlok 53,38% dibandingkan dengan produksi tembaga pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 311 juta pon.
Berbanding lurus dengan produksi, penjualan tembaga PTFI pun menukik tajam. Pada triwulan pertama tahun ini, penjualan tembaga Freeport Indonesia hanya 174 juta pon atau turun 45,45% dibandingkan dengan penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 319 juta pon.
Hasil serupa juga terjadi untuk komoditas emas. Produksi emas Freeport Indonesia pada kuartal I/2019 sebanyak 162.000 ounce atau merosot 72,77% dari realisasi produksi pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 595.000 ounce.
Penjualannya pun mengalami penurunan signifikan sebesar 61,03% dari 603.000 ounce menjadi 235.000 ounce.
Sebelumnya, Chief Executive Officer Richard C. Adkerson mengatakan produksi PTFI memang bakal anjlok pada tahun ini.
Namun, seiring dengan mulai beroperasinya tambang bawah tanah, khususnya Grasberg Block Cave dan Deep MLZ, maka produksi akan kembali tinggi mulai 2021.
"Kami berada pada jalur yang tepat untuk memilki produksi yang berkelanjutan dari tambang-tambang tersebut, sehingga bisa memasok pabrik pengolahan kami hingga lebih dari 200.000 ton per hari," ujarnya.
Executive Vice President & Chief Financial Officer Freeport-McMoRan Inc. Kathleen L. Quirk menambahkan penurunan produksi pada tahun ini memang sudah diperkirakan sebelumnya.
Namun, pihaknya meyakini produksi untuk jatah ekspor bisa lebih tinggi dari kuota yang diberikan oleh Kementerian ESDM sebanyak 198.282 ton konsentrat per tahun dan akan megajukan tambahan kuota.
Dia mengatakan tambahan kuota tersebut memang tidak terlalu signifikan. Namun, pihaknya ingin mendapat kepastian ruang untuk ekspor karena ada kemungkinan produksi dari tambang terbuka bisa lebih tinggi dari proyeksi.
"Saya rasa sekitar 40.000 ton konsentrat. Ini memang tidak signifikan bila dibandingkan dengan kapasitas smelter kami," tuturnya.