Freeport Indonesia terus mengembangkan proyek tambang bawah tanah dan smelter
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia terus menggarap proyek tambang bawah tanah sebagai bagian dari masa transisi tambang terbuka.
Vice President Corporate Communication PTFI Riza Pratama mengungkapkan, tambang bawah tanah Freeport tengah dalam tahapan pengembangan.
"Sedang masa pengembangan, tambang terbuka sendiri akan berakhir masa operasi di pertengahan tahun depan," ungkap Riza ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (15/12).
Lebih jauh Riza menuturkan, Freeport memproyeksikan operasi optimal tambang bawah tanah akan terjadi di tahun 2022 mendatang.
Adapun, investasi untuk tambang bawah tanah akan terus berjalan selepas 2022 hingga puluhan tahun ke depan. Riza menjelaskan, estimasi investasi mencapai US$ 15,1 miliar hingga 2041 mendatang dimana masa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) berakhir.
Freeport Indonesia sudah mengembangkan tambang bawah tanah sejak 2004 lalu. Saat ini sudah ada dua tambang bawah tanah yang beroperasi dan dua yang sedang dikembangkan.
Dua tambang bawah tanah yang sudah ada yakni Grasberg Block Cave (GBC) dan Deep Mill Level Zone (DMLZ).
Mengutip catatan Kontan.co.id, Selama kuartal II 2019, kegiatan ekstraksi bijih di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave rata-rata mencapai 7.400 metrik ton bijih per hari. FCX menargetkan, proses tersebut ditargetkan bisa meningkat hingga 15.000 metrik ton bijih per hari pada akhir 2019.
Sedangkan tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang terletak di sebelah timur blok Grasberg telah memulai produksi. Ekstraksi bijih dari tambang bawah tanah DMLZ rata-rata mencapai 7.700 metrik ton bjih per hari pada kuartal II 2019.
Diperkirakan, ekstraksi bijih dari tambang bawah tanah DMLZ kan meningkat hingga 11.000 metrik ton bijih per hari pada akhir tahun 2019. "Seiring transisi dari tambang terbuka ke bawah tanah, produksi logam diharapkan meningkat pada 2021," imbuh Chief Executive Officer Richard C. Adkerson.
Sementara itu, Freeport memproyeksikan kehadiran tambang bawah tanah baru bisa mendongkrak kapasitas produksi hingga 200.000 ton bijih per hari.
Tetap Garap Smelter
Di tengah upaya pengembangan tambang bawah tanah, Freeport Indonesia juga terus melanjutkan pengerjaan proyek smelter. Riza menuturkan, sejauh ini tengah berlangsung tahapan Front End Engineering Design (FEED).
"Sedang FEED dan ground improvement," kata Riza.
Lebih jauh Riza bilang investasi yang telah dikucurkan sejauh ini sebesar US$ 151 juta. PTFI memproyeksikan konstruksi smelter dapat dimulai pada pertengahan 2020 nanti.
Sebelumnya, Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas optimistis, fase konstruksi bisa dimulai pada awal 2020, dan smelter dapat selesai sesuai target.
Yakni pada akhir tahun 2022 atau paling lambat lima tahun sejak terbitnya Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterima bersamaan dengan transaksi divestasi oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) pada 21 Desember 2018 lalu.
"Ini akan terus kita selesaikan dan diharapkan pada akhir tahun 2022 pembangunan smelter sudah selesai," kata Tony beberapa waktu lalu