Freeport Proyeksikan Investasi Smelter Kurang dari US$ 100 Juta
JAKARTA – Investasi pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih (smelter) PT Freeport Indonesia pada tahun ini diperkirakan tidak lebih dari US$ 100 juta. Seiring dengan akan semakin besarnya investasi, perencanaan pendanaan smelter ini diharapkan bisa dilakukan akhir tahun ini.
Chief Executive Officer Freeport McMoRan Richard Adkerson mengakui, sebelum adanya perjanjian dengan Pemerintah Indonesia pada Desember tahun lalu, pihaknya belum serius mengerjakan smelter di Indonesia. Namun, setelah itu, Freeport berkomitmen mengerjakan proyek ini dengan kecepatan penuh.
“Kami sudah menetukan lokasinya, kami bekerja dengan para insinyur. Jadi kami sudah melakukan beberapa pekerjaan persiapan awal, tetapi kami kini bekerja penuh untuk ini [membangun smelter],” kata dia dalam Conference Call Kuartal I-2019, Kamis (25/4).
Meski demikian, investasi smelter ini belum terlalu besar di tahun ini. Menurut Executive Vice President and Chief Financial Officer Freeport McMo- Ran Kathleen Quirk, investasi proyek smelter ini masih kurang dari US$ 100 juta pada 2019. Pasalnya, pekerjaan yang dilakukan baru sebatas penyiapan lahan dan melanjutkan rekayasa rinci (front end engineering design/ FEED).
Ke depannya, lanjut dia, investasi smelter akan membesar. Walaupun, pihaknya belum dapat memastikan seberapa besar investasi sampai FEED selesai. “Tetapi kami memperkirakan [investasi smelter] sekitar US$ 500 juta pada tahun depan,” ujar Quirk.
Adkerson menambahkan, pendanaan smelter ini sepenuhnya akan ditanggung Freeport Indonesia. Pihaknya tidak mengantisipasi kebutuhan kas dari Freeport McMoRan untuk proyek smelter ini. Jika nantinya proyek smelter ini didanai dengan pinjaman, dikatakannya, tetapkan berdampak pada peningkatan utang konsolidasi Freeport McMoRan.
“Tetapi kebutuhan kasnya akan berasal dari PTFI dan ini semua ada di perjanjian kami pada Desember lalu dengan pemerintah,” tuturnya.
Quirk menjelaskan, nantinya PTFI atau perusahaan proyek baru akan memiliki pengaturan pembiayaan terpisah. Saat ini, pihaknya tengah mengevaluasi mitra potensial dan rencana pendanaan untuk proyek smelter di Indonesia tersebut. Pihaknya berharap, pada akhir tahun ini, sudah memiliki rencana pendanaan. “Tetapi diskusi tentang ini masih berjalan,” ujar dia.
Terkait rencana pembangunan smelter dengan PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang sempat muncul, Adkerson mengungkapkan, pihaknya masih terus berkomunikasi dengan Amman. Namun, Amman telah memutuskan untuk memulai proyek smelternya. Sementara pihaknya akan fokus menggarap smelternya di Gresik, Jawa Timur. Meski demikian, pihaknya terbuka jika Amman ingin bergabung di proyek smelter di Gresik.
“Untuk sekarang, memang belum ada rencana itu. Dan kami juga bicara dengan investor internasional lain yang berminat dalam hal offtake [di proyek smelter Gresik],” kata dia.
Freeport Indonesia berencana membangun smelter tembaga berkapasitas 2 juta ton konsentrat. Proyek smelter ini berlokasi di Kawasan Industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. Nilai investasi proyek ini diperkirakan sekitar US$ 2,3-3 juta.
Sebelumnya, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yunus Saefulhak mengatakan, progres smelter itu masih sekitar 2,8%. Capaian itu lantaran Freeport mengganti penyedia jasa teknologi dari Mitsubishi menjadi Outotec. “Di awal-awal memang landai. Tapi nanti 2020 sudah masuk tahap konstruksi,” kata Yunus.
Sesuai kesepakatan, proyek ini ditargetkan selesai paling lambat pada 2023 mendatang. (ayu)