a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Gara-gara Nikel, Investor Cina Melirik Malut

“Kunjungan kerja Gubernur ke Cina bahas kerja sama di sektor pertambangan dan kelautan bersama dengan pemerintah Provinsi Guangzhou melalui melalui pembangunan smelter,” kata Vice President PT Jinchun Group, Yao Wei Xin, di Ternate, Sabtu (16/7/2016).

Yao mengatakan, Maluku Utara dipilih sebagai daerah tujuan kerja sama karena 65 persen ekspor tambang nikel Indonesia berasal dari Malut. “Sebenarnya sudah dilakukan nota kesepahaman, memorandum of understanding (MoU), di Jakarta, bahkan awalnya belum ditemukan lokasi kerja sama, namun setelah bertemu Gubernur Abdul Gani Kasuba lalu diputuskan Maluku Utara sebagai lokasi kerja sama dan tidak hanya smelter, karena investor akan merambah beberapa potensi perikanan dan pendidikan,” kata Yao.

Menurut Yao, Malut menjadi prioritas karena dukungan dari pemerintah daerah setempat dirasa sangat membantu program investasi Pemerintah Provinsi Guangzhou.
“Seperti kemudahan perizinan dalam berinvestasi dan pembangunan pabrik smelter ini menjadi titik awal berinventasi di Malut dan lokasi yang akan digarap di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, dengan nilai investasi Rp9 triliun,” katanya.

Sementara, Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba mengatakan, kunjungan ke Cina beberapa waktu lalu, banyak dimanfaatkan untuk belajar, terutama mengenai kultur Cina dan toleransi antara umat beragama yang cukup tinggi.

Kasuba bilang, kunjungan ke Cina melibatkan pula Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Malut, Imran Yakub, ke dalam rombongannya untuk mempelajari kemajuan pendidikan di Cina. “Saya berencana membangun sekolah berbahasa Mandarin di Halmahera Selatan supaya ke depan generasi kita tidak hanya bisa berbahasa Inggris, tetapi juga Mandarin,” kata Kasuba.

Ia mengatakan, berkunjung ke Cina lebih difokuskan untuk kepentingan investasi secara terbuka. “Saya merasa senang karena Cina sangat terbuka, terutama soal kerja sama ini dengan tujuan agar semua hasil bumi Maluku Utara tidak lagi dibawa keluar,” katanya.
Jika hasil bumi Malut langsung dibawa keluar, dinilainya, maka daerah itu tidak akan dapat apa-apa. Kini, kedua pihak sudah berkomitmen apa yang dihasilkan Malut tetap diproses di daerahnya menjadi komoditas jadi, termasuk dari kehutanan dan perikanan, yang juga menjadi prioritas investor dari Cina.

Sumber: inilah.com