Gegara Corona, Proyek Smelter Freeport Rp42 T Masih Terhenti
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia, perusahaan tambang tembaga dan emas yang berada di bawah Holding Industri Pertambangan BUMN MIND ID, masih mengalami kendala dalam pembangunan proyek pengolahan dan pemurnian (smelter) baru di Gresik, Jawa Timur.
Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, proyek itu terdampak pandemi Covid-19 di mana ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Gresik, termasuk di kawasan Industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), tempat smelter akan dibangun. Saat ini, menurut Tony, progres pembangunan smelter baru mencapai 5,8%.
"Kontraktor utama juga terdampak pandemi, sehingga memang praktis dalam 4-5 bulan ini praktis tidak ada kegiatan," tutur Tony dalam diskusi virtual pada Senin (17/08/2020).
Karena terimbas pandemi Covid-19, maka perusahaan pada beberapa bulan lalu telah menyampaikan permohonan penundaan beroperasinya smelter ini selama 12 bulan dari target awal beroperasi pada akhir 2022. Permohonan ini disampaikan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selaku kementerian teknis terkait.
"Sudah terjadi pemahaman yang sama, namun secara resmi belum dapat persetujuan resmi dari Kementerian ESDM," ujarnya.
Tony mengatakan, meski masih terkendala, namun perusahaan masih menargetkan pembangunan smelter baru di Gresik, bukan di tempat lain. Sebab, ada beberapa kelebihan lokasi Gresik ini dibandingkan lainnya, seperti kemudahan logistik, dekat dengan pelabuhan, dan dekat dengan pabrik petrokimia yang bisa menyerap asam sulfat yang dihasilkan dari smelter konsentrat ini.
"Bangun smelter ini sudah menjadi komitmen Freeport dan akan kami lakukan," pungkasnya. Baca: Luhut Ancam Cabut Izin, Begini Respons Pebisnis Smelter Nikel
Seperti diketahui pembangunan smelter baru Freeport ini merupakan bagian dari komitmen Freeport saat diperpanjangnya operasi tambang menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dari sebelumnya menggunakan rezim Kontrak Karya (KK).
Meski kontrak Freeport berakhir pada 2021, namun pada Desember 2018 lalu perusahaan resmi mendapatkan status IUPK dan dapat perpanjangan operasi 2x10 tahun hingga 2041.
Freeport berencana membangun smelter baru berkapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga yang diperkirakan membutuhkan dana hingga US$ 3 miliar (Rp 42 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$). Ini merupakan smelter kedua Freeport, di mana smelter pertama telah dibangun sejak 1996 bersama dengan Mitsubishi membentuk perusahaan PT Smelting.
Adapun smelter dari PT Smelting ini mengolah dan memurnikan 1 juta ton konsentrat tembaga menjadi 300 ribu ton katoda tembaga per tahun. Smelter ini mengolah 40% dari produksi konsentrat tembaga Freeport.